Mohon tunggu...
gusthine almeera
gusthine almeera Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

saya sendiri memiliki hobi fotografi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pola Asuh Otoriter: Anak Menjadi Pendiam atau Tangguh?

23 Oktober 2024   16:03 Diperbarui: 25 Oktober 2024   16:58 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akibatnya, anak sering merasa kurang percaya diri, cenderung menyendiri dan menarik diri dari lingkungan sekitar. Selain itu, anak yang dibesarkan oleh pola asuh otoriter bisa menjadi pendiam atau justru sangat agresif, kurang kreatif, serta mengalami kesulitan bekerja sama dalam kelompok. 

Meskipun pola asuh otoriter sering dianggap negatif, ada beberapa dampak positif yang dapat timbul, seperti anak menjadi aktif dalam organisasi di sekolah, pemurah, memiliki tujuan masa depan yang jelas, dan memiliki tingkat empati yang tinggi, namun, hanya sedikit anak yang benar-benar dapat merasakan manfaat positif tersebut dari penerapan pola asuh otoriter.

Tambahan dari itu, hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh Hadiati, Sumardi, & Mulyadi (2021) tentang pola asuh otoriter dalam perkembangan sosial emosional anak 4-5 tahun di RA Al-Ishlah menunjukan bahwa perkembangan dan pertumbuhan setiap anak memiliki perbedaan yang didasari oleh kemampuannya, salah satu faktor lainnya adalah penerapan pola asuh orang tua untuk mendidik anaknya. 

Pola asuh otoriter terhadap perkembangan sosial emosional anak menghasilkan lebih banyak dampak negatifnya dibandingkan positif. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter tidak memiliki banyak kebebasan dalam kehidupannya, selalu diawasi, dipaksa untuk melakukan suatu hal tanpa mendengarkan pendapat atau keinginan anak, dan jarang mendapatkan pujian dari orang tua. 

Akibat dari pola asuh ini menghasilkan perkembangan sosial emosional pada anak usia 4-5 tahun sebagai berikut: anak tidak bisa mengontrol emosinya ketika bermain dengan teman sebayanya, lebih banyak diam, hyperaktif, takut melihat sesuatu yang baru atau mengenal orang baru sehingga sulit untuk berinteraksi baik itu di lingkungan sekolah maupun di masyarakat.

Berdasarkan pemaparan di atas, penting bagi orang tua untuk menerapkan pola asuh yang tepat, karena pola asuh adalah kunci penting dalam membentuk pribadi anak yang mandiri, bertanggung jawab, dan percaya diri karena keluarga adalah lingkungan pertama yang dikenali dan dialami oleh anak. 

Dengan kata lain, perkembangan sosial emosional anak sangat bergantung pada peran dan tindakan orang tua untuk mendukung dan membimbing anak selama masa-masa awal kehidupannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun