Pagi ini, sesaat sedang meramban di Facebook, saya membaca tulisan dari seseorang bernama Joss Wibisono mengenai istilah 'politikus' dan ‘politisi”. Tulisan ini mengagetkan saya, bukan karena gaya tutur bahasa Pak Joss yang lumayan pedas, tetapi karena apa yang disampaikan membuka mata saya yang selama ini mempunyai pra anggapan yang keliru tentang istilah 'politikus' dan ‘politisi'. Supaya sidang pembaca mendapat gambaran yang lengkap tentang pengutaraan Pak Joss Wibisono, saya kutipkan di sini. Kalau disimak, beliau masih menggunakan ejaan lama, karena asumsi saya yang bersangkutan sudah lama bermukim di Negeri Belanda. Inilah kutipannya:
TUNGGAL, DJAMAK dan KEMINGGRIS
Banjak orang (termasuk wartawan jang kerdjanja bikin berita) mengira kata MUSISI itu diserap dari bahasa Inggris MUSICIAN. Begitu djuga POLITISI jang dikiranja berasal dari POLITICIAN atau KRITISI, nah klow kritisi apa dong Inggrisnja? Masak CRITICIAN sech?
Betapa mereka keminggris (ke-inggris2an) dan salah buesarrrr. Kenapa?
Soalnja musisi itu pemusik dalam djumlah lebih dari satu. Begitu pula politisi dan kritisi. Itu adalah bentuk djamak. Bentuk tunggalnja adalah musikus, politikus dan kritikus. Dan itu bukan berasal dari bahasa Inggris melainken dari bahasa Londo. Pada gilirannja, orang Londo sendiri mentjomotnja dari bahasa Latin.
Djadi kalau tunggalnja MUSICUS maka djamaknja MUSICIE (bahasa Londo/Latin) dan kita serap djadi musikus serta musisi. POLITICUS (tunggal) POLITICIE (djamak) dalem bahasa Indonesia politikus dan politisi. CRITICUS (tunggal) CRITICIE (djamak) kita serap djadi kritikus dan kritisi.
Pigimanahpun djuga bahasa Londo lebih duluan diserap oleh bahasa Indonesia ketimbang bahasa Inggris, dan kalangan jang keminggris (batja: geblek bahasa) pasti ndak (mau) tahu soal ini.
Setelah saya cerna tulisan tersebut, akhirnya saya harus mengakui bahwa apa yang ditulisnya itu benar adanya. Saya pun juga (secara keliru) berasumsi bahwa 'politikus' adalah serapan dari Bahasa Belanda 'politicus', sedangkan 'politisi' adalah serapan dari Bahasa Inggris 'politician'. Demikian pula halnya, 'musikus' saya pikir adalah serapan dari bahasa Belanda 'musicus', sedangkan 'musisi' adalah serapan dari Bahasa Inggris 'musician'. Kalau dicermati pada media massa, kedua istilah ini masih sama-sama dipakai, dengan kecenderungan 'politisi' lebih digandrungi ketimbang 'politikus', 'musisi' lebih digandrungi ketimbang 'musikus'. Tadinya saya beranggapan ini karena kiblat kita sudah berubah dari kebelanda-belandaan menjadi keinggris-inggrisan.
Ternyata keliru. Seperti yang dituliskan oleh Pak Joss, baik 'politikus' maupun 'politisi' kedua-duanya berasal dari Bahasa Belanda 'politicus' dan 'politici'. Perbedaannya, 'politicus' adalah bentuk tunggal (singular) dan 'politici' adalah bentuk jamak (plural). Jadi, kalau kita mau konsisten, seharusnya pada penerapan di dalam wacana, kita menuliskan dengan 'politikus' kalau merujuk pada satu orang, dan menuliskannya dengan 'politisi' kalau merujuk pada sejumlah orang.
Sayang sekali, pada KBBI, tidak dicantumkan soal tunggal ganda ini. Jadi, pada KBBI, 'politikus' sama persis dengan 'politisi', 'musikus' sama persis dengan 'musisi'. Ada sejumlah kata serapan dari Bahasa Belanda dengan pola seperti ini, seperti 'akademikus' dan 'akademisi', 'teknikus' dan 'teknisi', 'alumnus' dan 'alumni'. Semuanya praktis diperlakukan sebagai nomina berbentuk tunggal di KBBI, karena dalam Bahasa Indonesia tidak dikenal nomina bentuk jamak (plural). Dalam Bahasa Indonesia penjamakan kata benda dilakukan dengan reduplikasi, misalnya 'politisi-politisi', 'akademisi-akademisi', 'praktisi-praktisi', atau dengan diberi tambahan kata “para” di depan nomina.
Gara-gara sanggahan kata 'politisi' bukan diserap dari kata Inggris 'politician' pada tulisan tersebut, saya terpicu untuk mencari rujukan pada pedoman penyerapan bahasa asing yang ada pada EYD (yang sekarang sudah diperbaharui dengan nama EBI/Ejaan Bahasa Indonesia). Ternyata untuk kata asing dengan akhiran (sufiks) '-ian' tak saya temukan pedomannya. Padahal kata benda Inggris dengan akhiran '-ian' cukup banyak, seperti 'civilian', 'technician', 'clinician', 'vegetarian', 'comedian', dsb. Namun, kalau melihat beberapa kata yang sudah bisa ditemukan di KBBI, nampaknya akhiran '-ian' (Inggris) ini juga sama diserap dengan akhiran '-ian' (Indonesia), misalnya 'vegetarian' dan 'komedian'.
Sedikit mengoreksi tulisan Joss Wibisono di atas, pengejaan 'musicie' seharusnya 'mucisi', demikian pula 'politicie' seharusnya 'politici', 'criticie' seharusnya 'critici'. Namun kekeliruan kecil ini tidak mengurangi kekuatan argumentasi Pak Joss. Hikmah yang bisa kita petik dari tulisan itu adalah apakah terhadap dua kata 'politikus' dan 'politisi' ini perlu disandangkan bentuk tunggal dan jamak? Memang ini sedikit dilematis. Contohnya, kalau kita mengatakan, “Si Polan adalah alumni SMA St Louis,” tak jarang orang mengoreksi ucapan kita dengan 'alumnus', karena menurut mereka 'alumnus' adalah satu orang, dan 'alumni' adalah banyak orang. Benar sih, tapi dalam KBBI 'alumnus' dan 'alumni' keduanya bentuk tunggal, tak ada pembedaan yang satu tunggal dan yang lainnya jamak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H