Hari-hari ini, dunia medsos dibuat gempar oleh berita abal-abal tentang iklan “Pesta Bikini” yang diselenggarakan oleh suatu event organizer bagi siswa SMA yang baru menyelesaikan ujian nasional. Polisi sibuk, Komisi Perlindungan Anak sibuk, pemuka agama sibuk, anggota dewan sibuk, kepala sekolah yang dicantum sebagai sponsor sibuk. Ya, kita maklumi saja keributan soal pesta bikini, karena kita terkenal sebagai bangsa yang menjunjung tinggi akhlak dan moralitas di dunia. Namun, ada sebaris kalimat berbahasa Inggris terkait dengan berita “pesta bikini” pada koran online “Jakarta Globe” yang rasanya tak bisa dimaklumi. Mari kita simak kalimat tersebut.
[caption id="attachment_380075" align="aligncenter" width="600" caption="ilust jakartaglobe"][/caption]
Pada paragraf pertama berita yang berjudul “Jakarta Police To Investigate ‘Bikini Party’ Plan” terbaca kalimat sebagai berikut [Police in the capital have said they will investigate the organizers of a high school graduation party which listed "bikinis" as the dress code, although presumably only for female attendees.] Tanpa kita terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, pasti sudah bisa kita rasakan ada sesuatu yang very wrong dengan kalimat di atas. Tapi, baiklah, akan saya terjemahkan demi kejelasan bagi kita semua yaitu [Polisi ibukota mengatakan mereka akan memeriksa pengelola pesta wisuda SMA yang mencantumkan “bikini” sebagai dress code, meskipun ini mungkin hanya diperuntukkan bagi pengunjung wanita.]
Membaca frasa yang saya cetak tebal miring di atas, saya tak habis-habisnya berpikir. Bagaimana jalan pikiran si wartawan yang menyusun kalimat aneh di atas? Kalau saya amati berita berbahasa Inggris pada Jakarta Globe ini sebenarnya cukup bagus pemilihan sintaks pada kalimat-kalimatnya. Artinya bukan bahasa Inggris abal-abal. Namun terhadap satu kalimat yang saya paparkan di atas, saya merasa perlu menjewer telinga si wartawan. Bikini sudah jelas untuk dipakai oleh wanita, jadi sama sekali tak perlu diterangkan “presumably for female attendees” (mungkin untuk pengunjung wanita). Tapi yang lebih parah lagi adalah adanya kata penghubung although (meskipun). Kalimat di atas, kira-kira analog dengan kalimat seperti berikut: “Polisi menangkap seseorang yang mencuri jemuran BH, meskipun BH itu mungkin untuk dipakai wanita.” Sungguh tak bernalar sama sekali dan oleh karenanya jadi menggelikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H