Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jejak (Relic) Belanda di Tanah Air Kita

23 Januari 2014   12:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:33 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_307718" align="aligncenter" width="366" caption="(dokumen pribadi)"][/caption]

Semenjak kita memproklamasikan kemerdekaan pada tahun 1945, maka segala yang berbau Belanda dilenyapkan dari bumi persada, termasuk melarang semua nama publik, pengumuman dalam bahasa Belanda. Namun seperti yang terjadi pada sejarah pemusnahan budaya seteru bangsa yang didepak, satu dua jejak ini tetap masih tertinggal luput dari pantauan aparat yang ditugasi untuk membasmi dan memberantas semua tulisan yang beraksara Belanda. Jejak Belanda ini bahkan masih bisa kita saksikan di ranah publik hingga saat kini, hampir 70 tahun kemudian.

Pada gambar di atas, bisa kita baca pengumuman yang biasa ditempelkan pada gardu listrik, berbunyi Hoogspanning – Levensgevaarlijk dan diikuti dengan terjemahan Indonesia “Awas Bahaja Kematian”. Secara harfiah hoogspanning bermakna “tegangan tinggi” dan levensgevaarlijk bermakna “berbahaya bagi nyawa”. Tanda peringatan gardu listrik ini saya potret pada Rumah Sakit Tentara Palembang yang dibangun oleh Belanda pada tahun 1924. Namun saya yakin tanda peringatan bahaya listrik dalam bahasa Belanda ini juga masih bisa dijumpai di kota-kota lain di Indonesia.

[caption id="attachment_307720" align="aligncenter" width="324" caption="(dokumen pribadi)"]

139045397031917843
139045397031917843
[/caption]

Pada gambar kedua bisa kita saksikan bis surat peninggalan Belanda yang masih banyak dijumpai di kantor pos di seantero Indonesia. Bis surat yang terbuat dari besi cor ini nampak masih kokoh tak lapuk oleh hujan dan tak lekang oleh panas. Bis surat ini tentu sudah tak diindahkan orang lagi untuk menyelipkan sepucuk surat ke dalamnya. Kalau ada yang nekat mencemplungkan surat ke dalam bis surat ini, mungkin berbulan-bulan kemudian baru diangkat oleh petugas pos.

Pada bagian atas bis surat ini masih terbaca dengan jelas tulisan Belanda Brievenbus (brief = surat, bus = bis). Kemudian di bagian tengah bis surat ini tertulis buslichting No 1, 2, 3 (lichting = pengangkatan, bus = bis), yang berarti surat-surat di dalam bis surat ini diangkat oleh petugas pos tiga kali dalam sehari. Lantas di bawahnya juga tertera tulisan De lichting (lubang nomor) is geschied yang bermakna “Pengangkatan (nomor sekian) sudah dilakukan”. Lubang penomoran pada foto bis surat ini sudah tak ada labelnya lagi, mungkin sudah dicungkil oleh tangan-tangan usil.

Saya tertarik dengan kata “lichting” ini, karena sampai kini masih dipakai dalam wacana lisan. Kalau kita mau bertanya kepada seseorang angkatan tahun berapa di SMA, atau di Akademi Militer, maka biasanya kita akan mengatakan “Anda lihting tahun berapa?”. Ya, “lihting” memang kita serap dari bahasa Belanda yang maknanya “angkatan” atau “pengangkatan”. Malahan dahulu juga ada istilah “Angkatan Perang” dan “Angkatan Bersenjata’, dan sampai sekarang ada istilah Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Ini disebabkan karena salah satu definisi dari lichting menurut kamus besar Van Dale adalah levy atau draft (pengangkatan tentara). Juga kita mengenal sebutan Angkatan 45, Angkatan 66 sesuai dengan kelompok umur generasi muda saat itu.

Dua benda yang saya tampilkan di atas merupakan relic (peninggalan masa lampau yang masih bertahan hingga masa kini). Memang dari nilai historisnya mungkin tak terlalu signifikan, namun paling tidak benda-benda ini menjadi saksi bisu masa pemerintahan kolonialis Belanda di tanah air kita. Adakah relic peninggalan Belanda yang masih bisa dijumpai di kota Anda? Saya menantikan masukan dari Anda sekalian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun