[caption id="attachment_202690" align="aligncenter" width="609" caption="(ilust telegraph.co.uk)"][/caption]
Saya baru saja memulai membaca sebuah fiksi yang berjudul ‘Fifty Shades of Grey’ karangan penulis wanita Inggris, E.L. James. Baru membaca bab pertama, saya sudah langsung mendapat kesan yang kuat bahwa gaya bertutur fiksi ini mirip sekali dengan fiksi ‘Twilight’ yang juga menjadi buku terlaris. Saya sudah berniat untuk menyudahi melanjutkan membaca fiksi ini, karena terus terang, sekali pun menjadi tenar di seluruh dunia, saya tak suka aliran (genre) novel ini. Tapi tak sengaja, hari ini saya membuka laman Wikipedia tentang novel ‘Fifty Shades of Grey’ dan saya terkejut.
Kejutan pertama adalah penyebutan bahwa novel ini adalah novel erotik. Kejutan kedua adalah pemaparan bahwa novel ini menjadi bestseller di seluruh dunia (sudah terjual 40 juta buku), bahkan mengalahkan ‘Harry Potter’ dalam hal kecepatan terjualnya buku ini. Kejutan berikutnya adalah bahwa tema erotika yang diangkat dalam novel ini adalah BDSM (bondage, dominance, sadism, masochism) yaitu ‘hubungan seksual yang dimonopoli dengan beragam cara penyiksaan’. Kejutan yang lain, novel ini ternyata juga menjadi trilogi seperti halnya ‘Twilight’ dengan buku kedua berjudul ‘Fifty Shades Darker’ dan buku ketiga ‘Fifty Shades Freed’.
‘Fifty Shades of Grey’ ini berkisah tentang seorang mahasiswi di sebuah universitas Seattle bernama Anastasia Steele dan seorang eksekutif muda kaya raya bernama Christian Grey. Dimulai dengan wawancara Ana kepada Grey sebagai bahan tulisan pada buku kenangan yang dibuat pada acara wisudanya, ternyata hubungan ‘tak disengaja’ ini berlanjut semakin lama semakin dalam. Dikisahkan bahwa sebelum ‘melangkah lebih jauh’, sang arjuna menyodorkan sebuah kontrak kepada Ana yang isinya melarangnya menceritakan kepada siapa pun tentang yang mereka kerjakan di ranjang. Kontrak ini juga menyatakan bahwa Ana menyetujui bahwa sifat hubungan seksual ini adalah dominance and submission dan tak ada romantisme atau cinta di sana.
Kecurigaan saya bahwa ‘Fifty Shades of Grey’ mengekor pada ‘Twilight’ ternyata benar adanya. Diutarakan di Wikipedia, bahwa novel ini pertama kali ditulis sebagai cerita bersambung di laman web ‘Twilight Fan Fiction’ dengan judul ‘Master of the Universe’. Bahkan tokoh dalam novel ini juga diberi nama Edward Cullen dan Bella Swan. Karena banyaknya komen yang mengkritik aroma seksual, tulisan ini kemudian dicabut oleh pengarangnya, E.L. James, dan dipindahkan ke blog pribadinya yang diberi nama ‘FiftyShades.com’. Belakangan, sebelum dicabut dari blognya untuk di-publish sebagai ebook, nama tokohnya digantinya menjadi Anastasia Steele dan Christian Grey. Ebook ini diterbitkan oleh sebuah penerbit virtual Australia berdasarkan ‘print on demand’.
Ternyata pemasaran viral yang berdasarkan ‘gatuk tular’ (word of mouth) di kalangan para penggemar wanita dan gadis sangat mengagetkan. Novel ini berhasil mengalahkan rekor penjualan seluruh gabungan seri Harry Potter, sehingga E.L. James mengungguli J.K. Rowling secara telak. Rupanya wanita pun suka yang porno-porno juga (ini pendapat pribadi saya). Heboh ‘Fifty Grey of Shades’ mau tak mau memancing saya untuk melanjutkan membaca novel ini. Entahlah, apakah saya akan tuntas sampai selesai membacanya, belum bisa dipastikan. Bukan karena saya tak suka erotisme, tapi biasanya pengarang wanita kurang ‘jago’ kalau mengarang fiksi erotis. Itu menurut saya, lho. Silakan bagi Anda yang penasaran, segera mencari triloginya untuk membuktikan ‘kehebatan’ novel ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H