[caption id="attachment_178241" align="aligncenter" width="597" caption="(ilust seaside.niu.edu)"][/caption]
Reduplikasi secara singkat dimaknai dengan pengulangan suku kata baik pada awal atau pun pada akhir sesuatu kata. Pada rumpun bahasa Melayu, reduplikasi sangat banyak dipakai, dengan beragam permaknaan seperti kata ’tetangga’ (dari kata ’tangga’), ’pepatah’ (dari kata ’patah’), langit-langit (dari kata ’langit’), ’kuda-kuda’ (dari kata ’kuda’), ’peperangan’ (dari kata ’perang’), ’tetikus’ (dari kata ’tikus’), ’sesaji’ (dari kata ’saji’), ’kekasih’ (dari kata ’kasih’), ’leluhur’ (dari kata ’luhur’), ’gigi geligi’ dan segudang kata-kata lainnya. Nampaknya dalam perkara reduplikasi ini bahasa Indonesia adalah jawara yang tak ada tandingannya dengan bahasa dunia lainnya. Tapi agaknya persepsi ini keliru, karena bahasa kita mempunyai saingan kuat dalam mengulang-ulang (suku) kata ini yaitu bahasa Filipino atau Tagalog. Sedemikian menonjolnya reduplikasi dalam bahasa Filipino ini sehingga dalam kajian bahasa dia justru didapuk sebagai pengampu bahasa reduplikasi nomor wahid.
Marilah kita tinjau contoh-contoh reduplikasi dalam bahasa Filipino ini. Ada kata ’sulat’ (bermakna ’surat’) dan ’susulat’ (menyurati, menulis). Lalu ’araw’ (hari) dan ’araw-araw’ (harian, daily), ’isa’ (satu) dan ’isa isa’(satu persatu) serta ’iisa’ (satu-satunya), ’lalaki’ (lelaki), ’babayi’ (wanita), ’baliktad’ (terbalik) dan ’balik baliktad’ (bolak-balik), ’mula-mula’ (sama bermakna ’mula-mula’), ’tawo’ (orang) dan ’tawo-tawo’ (semua orang) serta ’tawo-tawohan’ (orang-orangan, manikin), ’minsan’ (sekali) dan ’miminsan’ (hanya sekali) serta ’paminsan-minsan (sekali-sekali, kadang-kadang), ’dalawa’ (dua) dan ’daladalawa’ (berdua-dua, two by two), ’bagay-bagay’ (aneka macam, sundries), ’matuyo’ (kering) dan ’matuyo-tuyo’ (kering kerontang), ’sakitin’ (sakit) dan ’masasakitin’ (cacat, invalid), ’munti’ (kecil) dan ’mumunti’ (lumayan, considerable), ’sila’ (mereka) dan ’sila-sila’ (pribadi, private).
Reduplikasi sebenarnya juga dijumpai pada bahasa dunia lainnya, namun umumnya hanya terbatas jumlahnya. Dalam bahasa Inggris bisa kita temui kosakata ’razzle-dazzle, hokey-pokey, super-duper, teenie-weenie, bye-bye, bric-a-brac, chit-chat, zig-zag dan wingding. Jumlahnya cuma bisa dihitung dengan jari tangan.
Apakah yang membuat bahasa Indonesia dan bahasa Filipino mempunyai ciri khas reduplikasi ini? Tentunya karena secara antropologis kedua bahasa ini serumpun. Jadi tak mengherankan kalau kita menjumpai sejumlah kata yang persis sama makna dan pelafalannya seperti ’bangsa, angin, itik, mura(h), tali, mata, kuku, otak, tulong (tolong), taon (tahun), dingding (dinding) dan banyak lainnya. Juga apabila Anda menjumpai reduplikasi berikut ini, mudah-mudahan bisa menebak maknanya : ’ano’ (apa) dan ’ano-ano’ (sia-sia), ’mabuti’ (bagus) dan ’mabubuti’ (bagus-bagus), ’bulak’ (gelembung) dan ’bulaklak’ (bunga, kembang), ’tingin’ (melihat) dan ’titingin’ (melihat-lihat).
Omong-omong (ini juga reduplikasi), bagaimana mengatakan ’Aku beli beras’ dalam bahasa Filipino? Inilah jawabnya ’Bumibili ako nang bigas’. Mirip atau tidak ya? Tersila pada Anda untuk menilainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H