Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mitos Medis yang Menyesatkan

21 Desember 2011   06:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:57 1396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

[caption id="attachment_150908" align="aligncenter" width="655" caption="knuckle cracking (ilust listverse.files.wordpress.com)"][/caption]

Anda mungkin pernah menonton film di mana sang lakon digigit ular berbisa di hutan rimba dan dengan segera dia menghunus belatinya. Ditorehnya luka gigitan ular tersebut dengan ujung belatinya dan sesaat darah mengucur maka diisapnya dengan mulutnya kuat-kuat dan diludahkannya. Dan begitu dilakukan tindakan ini beberapa kali. Ini adalah salah satu contoh mitos penanganan medis yang dipopulerkan melalui film. Disebut mitos, karena sesungguhnya tindakan di atas keliru semua secara medis. Bila seseorang digigit ular, tidak dibenarkan untuk melukai bekas gigitan dengan pisau, tidak dibenarkan untuk mengisap racun ular ini dengan mulut, dan tidak dibenarkan untuk memasang tourniquet (ikatan yang sangat erat) untuk mencegah penjalaran bisa ular ini melalui pembuluh darah.

[caption id="attachment_150911" align="aligncenter" width="400" caption="tourniquet"][/caption]

Pada film perang, kita juga sering menyaksikan seorang prajurit yang mengalami luka tembak dan mengalami perdarahan yang hebat. Untuk menghentikan perdarahan ini, rekan terdekatnya akan melakukan prosedur tourniquet. Dikoyaknya bajunya untuk dijadikan kain pengikat dan dikebatkan di atas luka tembak tadi lalu dipilinnya dengan sebatang ranting sekencang-kencangnya. Prosedur yang nampaknya ’benar’ ini justru sangat tidak dianjurkan dalam penanganan perdarahan hebat. Alasannya, tungkai (lengan atau kaki) yang di-torniquet dalam waktu lama akan mengalami kematian jaringan karena tak mendapat suplai darah. Akibatnya, tungkai ini tak jarang harus diamputasi karena sudah mengalami pembusukan. Jadi pemasangan tourniquet ini hanya boleh dilaksanakan bilamana segala upaya medis lainnya gagal (sebagai the last resort).

Selain dari film, kita sering mendapat pengetahuan ’sesat’ dari cerita turun temurun (folk wisdom). Misalnya ada pendapat yang mengatakan bahwa makan cokelat dapat menyebabkan timbulnya jerawat (acne). Atau pun banyak makan wortel (carrot) akan menyebabkan pengelihatan mata menjadi terang dan tajam. Memang benar wortel mengandung vitamin A dan kekurangan vitamin A akan mengakibatkan gangguan pengelihatan hingga sampai buta. Namun logika ini tidak berlaku kebalikannya. Biarpun kita makan wortel bergelas-gelas, pengelihatan kita tidak lantas menjadi setajam mata elang.

Mitos lain yang masih terus ’hidup’ di masyarakat adalah soal kehamilan dan karies (keropos pada gigi). Disebutkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan zat kapur (kalsium) dari janin yang dikandung, maka kalsium itu disedot dari gigi-geligi ibu yang mengandung itu. Logikanya karena gigi ini kekurangan zat kapur, maka si ibu mengalami kerusakan email gigi (caries) pada sejumlah giginya. Penelitian menunjukkan bahwa hipotesa ini tidak benar adanya. Kalau pun memang ada ibu mengandung yang banyak mengalami karies, ini dikarenakan karena perubahan hormonal dan juga ’kemalasan’ menggosok gigi selama masa kehamilan.

Berkaitan dengan perawatan gigi ada pula mitos soal pencabutan gigi (bagian atas) yang dikatakan bisa menyebabkan gangguan mata sampai dengan kebutaan. Saya tidak tahu asal usul mitos ini, namun inilah pertanyaan yang sering diajukan oleh pasien yang akan melakukan pencabutan gigi. Jawabannya sudah tentu ’tidak’, karena saraf gigi dan saraf mata sama sekali tidak berhubungan. Waktu kita kecil, sering orangtua kita memarahi kalau kita ’mematahkan’ persendian jari-jari tangan (knuckle cracking) sehingga menimbulkan suara krak-krak-krak. Kita ditakut-takuti, kebiasaan meremas-remas sendi jari tangan ini akan menyebabkan rematik pada usia tua. Kenyataan yang sebenarnya knuckle cracking ini tidak menyebabkan kerusakan jaringan sendi jari dan bunyi ’krak’ yang timbul semata-mata adalah lepasnya gas yang ada di daerah persendian.

Mitos lain bertalian dengan rambut. Ada yang berpendapat bahwa bahwa rambut yang sering dicukur akan menjadi lebih kasar dan lebih hitam. Ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa bulu alis yang dicukur tidak akan bisa tumbuh lagi. Juga ada mitos yang mengatakan bahwa sesudah orang meninggal, rambut dan kukunya masih terus bertumbuh. Ini berdasarkan ’kesaksian’ penggalian jenasah yang sudah dikubur sekian tahun. Disebutkan bahwa mayat tersebut berkuku panjang dan berambut panjang. Jawaban atas fenomena ini adalah karena daging pada bagian-bagian ini sudah menyusut (hanya tertinggal tulang) maka kuku dan rambutnya akan nampak lebih panjang. Namun namanya juga mitos, maka dia akan terus ’hidup’ dalam wacana masyarakat yang modern sekalipun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun