Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tahayul (Superstition) yang Menggelikan

7 Juli 2011   03:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:52 6655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13100081571269073383

[caption id="attachment_118486" align="aligncenter" width="590" caption="(ilust myspace.com)"][/caption]

Puluhan tahun yang lalu, pada pagi-pagi terang tanah, seorang ibu tetangga kami di kompleks tentara datang ke rumah untuk menemui isteri saya. Ini kunjungan biasa saja dan tidak ada maksud khusus kecuali urusan antar-perempuan yang tidak perlu diketahui oleh lelaki. Tetapi ada sesuatu hal yang menarik perhatian saya pada waktu membukakan pintu dan yang juga diperhatikan oleh isteri saya belakangan. Ibu tetangga ini mengenakan baju kaos yang terbalik! Menurut kepercayaan tahayul, mengenakan baju terbalik (inside out), apalagi celana dalam yang terbalik adalah pratanda nasib baik (good luck). Sudah barang tentu insiden ini bukan dengan sengaja dilakukan. Saya tidak tahu, apakah pada hari itu, ibu tetangga ini benar-benar mendapat durian runtuh. Tapi yang dapat saya simpulkan dan juga diamini oleh isteri saya, si ibu ini pasti ‘habis main’ semalam dan dalam kegelapan di kamarnya ditambah dengan rasa kantuk post-coital telah memakai baju kaosnya terbalik. Sampai sekarang, bila mengingat ‘insiden’ baju terbalik, kami selalu tertawa geli.

Banyak tahayul warisan nenek moyang yang tetap bertahan di zaman modern yang mengagungkan nalar dan logika. Misalnya saja, soal nama yang diberikan kepada seorang anak. Kalau di masa balitanya, ternyata anak ini terus sakit-sakitan melulu, ini pratanda dia ‘keberatan nama’ dan perlu diganti dengan nama lain sesuai dengan petunjuk dukun. Salah satu tokoh nasional bapak bangsa kita, Soekarno, adalah salah satu yang pernah menjalani ritual ganti nama ini. Sebelum menyandang nama Soekarno, di masa kecil beliau mempunyai nama Kusno. Tapi mengingat Soekarno kecil ini sakit-sakitan terus, maka tak ada jalan lain bagi orangtuanya untuk mengganti namanya dari Kusno menjadi (Soe)Karno. Dan anehnya, memang semenjak saat itu, beliau tidak lagi sakit-sakitan. Jadi nampaknya tahayul ini, biarpun tidak logis, banyak benarnya.

Tahayul bukan monopoli bangsa kita saja, tapi diadopsi oleh semua bangsa di dunia ini. Ada banyak kejadian yang dianggap pembawa kesialan (bad luck). Kalau kita kejatuhan cicak di kepala, berjalan melintas di bawah tangga atau ada kucing hitam menyeberang di depan kendaraan kita, apalagi kalau kita sampai melindasnya, ini pratanda kita akan mendapat nasib buruk. Menurut petuah kakek nenek kita, pamali kita bersiul-siul atau membuka payung di dalam rumah, karena dia membawa sial. Duduk di atas atau di sudut meja, juga merupakan pantangan yang tidak boleh dilanggar. Kalau dilakukan, katanya si pelaku akan akan berat jodoh, bahkan bisa menjadi perawan dan jejaka tua selamanya.

Kita pasti pernah mengalami tersedak pada waktu makan sampai terbatuk-batuk sejadi-jadinya. Ini pratanda ada orang yang sedang membicarakan hal yang buruk tentang kita. Atau pernah kejadian selagi kita membicarakan si Polan dalam suatu obrolan, tahu-tahu yang bersangkutan sudah nongol di antara kita. Maka kita pun akan berbarengan berkomentar ’Umur panjang kau, Polan’. Bicara soal umur panjang, nenek suka bilang, kalau kita mempunyai cuping telinga yang panjang, maka kita akan dikarunia umur yang panjang. Sudah tentu cuping panjang ini bukan hasil rekayasa kita, seperti diberi anting-anting pemberat layaknya pada adat suku Dayak itu. Juga pernah kita alami di tengah obrolan yang begitu riuh rendah dan penuh semangat, sekonyong-konyong seperti dikomando, semua orang bersamaan tutup mulut dan diganti dengan kesenyapan sesaat. Maka tahayul yang biasa kita ucapkan adalah ’ada setan lewat’. Atau kalau di Barat, komentar mereka ’ada bayi yang lahir’.

Bukan semua kejadian alam ini memberi pratanda buruk. Kalau tangan kiri kita terasa gatal, maka ini pratanda baik kita bakal mendapat uang atau rezeki. Kalau ada kupu-kupu masuk ke dalam rumah kita, ini pertanda kita akan kedatangan tamu yang menyenangkan. Piring yang pecah, juga pratanda membawa keberkahan. Tapi tentunya bukan disengaja seperti pada ’perang piring terbang’ antara suami dan isteri yang bertengkar. Memberikan buket karangan bunga, supaya membawa good luck harus berjumlah genap (2, 4, 6, 8 dan seterusnya). Kalau diberikan dalam jumlah ganjil, ini melambangkan buket berduka cita karena ada kematian. Memperingati hari ulang tahun juga pantang dilakukan sebelum jatuh tempo HUT tersebut, karena akan memperpendek usia. Di negara-negara Barat juga ada kepercayaan bilamana menemukan ’ladam kuda’ (horse-shoes) akan membawa keberuntungan.

Soal kehamilan juga banyak pantangan. Wanita yang hamil ditabukan untuk berkomentar yang buruk bila melihat mahluk yang aneh. Kalau dia mengata-atai monyet yang dilihatnya, maka anak yang akan dilahirkannya akan berwajah monyet. Juga untuk pasangan yang sudah lama belum dikarunia anak, maka nasehat nenek supaya mengangkat anak sebagai pancingan, dan anehnya ’survei membuktikan’ tak lama kemudian pasangan ini pun diberi momongan anak kandung. Para suami juga sering diberi pantangan makan terong, karena menurut tahayul bisa menyebabkan impotensi. Juga para wanita dipantangkan makan buah nanas.

Perkara kesehatan juga tidak kalah serunya di ranah tahayul ini. Kalau seorang anak mengalami ’cegukan’ (hiccup), maka resep untuk menyembuhkannya adalah dengan mengagetinya. Kalau seseorang mengalami ’anyang-anyangan’ (perasaan tidak nyaman di perut bagian bawah seperti kencing yang tidak tuntas), maka resepnya adalah dengan mengikat jari jempol kaki dengan benang atau karet gelang. Kalau kita habis kehujanan, maka sesampai di rumah harus segera dikeramas, dengan tujuan agar kita tidak jatuh sakit. Kalau kita habis melayat di rumah duka, maka setibanya di depan rumah kita harus mencuci kaki dan tangan, sebelum memasuki rumah untuk menghindari bad luck. Pada adat suku tertentu, sehabis melayat, mereka ramai-ramai akan pergi ke restoran untuk makan bersama. Tujuannya supaya bad luck yang mungkin menempel dapat ditinggalkan di rumah makan itu. Ya, namanya juga tahayul, Anda boleh percaya dan boleh tidak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun