Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

'Astuti' di Kompasiana

29 September 2010   06:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:52 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_273093" align="aligncenter" width="417" caption="(ilust writingforward.com)"][/caption]

Sebelum saya menjelaskan siapa ‘astuti’ ini, saya akan bercerita tentang anekdot yang barangkali sudah pernah anda dengar sebelumnya. Konon, di suatu pagi di dalam sebuah bus kota, seorang tukang koran berteriak dengan lantang menjajakan korannya. “Heboh…heboh…..! Dua orang polisi tertipu mentah-mentah!” Seorang penumpang polisi yang duduk di bangku depan kontan memanggilnya dan membeli koran itu. Polisi itu pun sibuk membolak-balik halaman suratkabar mencari judul berita yang diteriakkan si pengasong koran itu, namun tidak satu pun ditemui judul yang menghebohkan itu. Baru saja dia membuka mulut akan memanggil si tukang koran untuk menegur terdengarlah kembali suara nyaring si penjaja koran : “Heboh…Heboh….! Tiga orang polisi tertipu mentah-mentah !”

Ya, inilah kata penghantar untuk membahas soal ‘astuti’ alias ‘asli tukang tipu’ di Kompasiana. Apakah istilah ‘tukang tipu’ ini tidak terlalu keras atau terlalu vulgar untuk dialamatkan pada judul-judul tulisan di Kompasiana yang seringkali bombastis namun ternyata isinya kosong melompong alias nol besar? Menurut saya tidak, karena kata ‘menipu’ tidaklah harus menimbulkan kerugian material atau finansial, tetapi tindakan yang menyesatkan dan mengelabui ( misleading ) pun masuk dalam kategori ini. Manakala kita mengklik judul yang begitu sensasional dan ternyata setelah membaca isinya cuma melulu pepesan kosong, kita memang tertipu namun tidak menganggapnya terlalu serius karena toh tidak ada kerugian finansial. Paling-paling kita mengumpat si penulis (meskipun tidak akan terdengar oleh si penulis), karena ‘tipu daya’ ini berhasil menghantarkan tulisannya masuk dalam tulisan ‘terpopuler’.

Menelusuri istilah ‘tipu’ ini ternyata dalam berbagai bahasa memiliki banyak sinonimnya, masing-masing dengan nuansa tersendiri. Dalam bahasa kita ada istilah ‘dikibuli’ ( padahal ‘kibul’ maknanya bokong atau pantat), ada juga istilah ‘dibudi’ dan ‘memperbudikan’ ( kok bisa ya, padahal ‘budi’ setahu kita kan berarti akhlak yang baik). Dalam bahasa Palembang ada kata yang unik yaitu ngotaki yang maknanya sama dengan ‘memperdaya atau menipu’ (disini ‘otak’ yang dijadikan biang keroknya). Dalam bahasa Jawa juga ada kata dikadali (apa benar binatang kadal suka menipu). Bahkan juga ada idiom akal bulus yang merujuk kepada perangai orang yang culas. Tahukah anda binatang apakah ’bulus’ ini? Menurut kamus, ’bulus’ adalah kura-kura kecil atau labi-labi. Sungguh kasihan kura-kura ini diberi cap ’penipu’ oleh manusia.

Di dalam bahasa Inggris, beragam kata tersedia untuk mengonotasikan perbuatan menipu ini. Sebagai contohnya dalam istilah-istilah berikut ini : artful, crafty, wily, cunning, phony yang kesemuanya melukiskan sifat yang ’licik’. Jadi anda jangan terkecoh dengan kata art (seni), craft (kerajinan), will atau phone yang sering mengasosiasikan kepada hal yang baik. Juga ada kata yang cantik dilihat, tapi maknanya ’barang tiruan atau gadungan’ yaitu ersatz. Demikian pun ada sinonim lainnya misalnya baloney yang maknanya ’omong kosong’ dan uniknya diambil dari kata bologna sausage alias sosis Bologna. Apakah tukang sosis Bologna terkenal suka membual dan omong kosong saya juga belum mengetahui pertautannya. Satu lagi istilah yang saya suka yaitu bamboozle yang bermakna ’mengelabui atau memperdaya’ ( mislead ). Apa kaitannya dengan kata bamboo barangkali ini menarik untuk ditelusuri.

Tipu menipu di bidang kesehatan juga ada banyak istilah. Misalnya kata charlatan (dukun palsu) yang diambil dari kata Italia ciarlatano yang bermakna ’tukang omong besar’, ada quack (tabib gadungan) yang merupakan pemendekan dari kata quack-salver ( quack = mengasong, salver = salep) dan mountebank (tukang obat) yang diserap dari bahasa Italiamontambanco ( mount on a bank alias naik di atas bangku) karena biasanya si tukang obat berdiri diatas bangku untuk menarik perhatian orang. Dalam wacana sekarang mountebank mempunyai makna yang lebih luas yaitu orang yang menipu orang lain.

Masih banyak lagi istilah ’menipu’ khususnya yang dipakai di dunia maya seperti fraud,hoax, counterfeit atau sham. Terhadap ’tipuan’ yang kita alami gara-gara judul-judul postingan yang ’menyesatkan’ ini, saya menyarankan kepada admin barangkali di bawah judul tulisan ini bukan diberikan trailer dari paragraf pertama dari tulisan tersebut, melainkan secara random (acak) dicuplik paragraf ke tiga, paragraf tengah atau paragraf terakhir. Ini memang tidak lumrah, namun kenapa tidak dicoba ? Dengan begitu kita pembacanya bisa ’mengintip’ kira-kira sesuai atau tidak judul yang bombastis itu dengan isinya. Kalau yang diberlakukan sekarang ini yaitu dengan memberikan trailer dari paragraf pertama, masih bisa ’diakali’ oleh penulis ’astuti’ ini untuk memperbudikan kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun