Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tentang Sisal, Jute dan Damar

15 Juni 2010   08:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:32 8645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_167721" align="alignleft" width="240" caption="sisal (ilust wikipedia)"][/caption]

Di masa saya duduk di bangku sekolah dasar ada sejumlah kata dalam pelajaran ilmu bumi yang hingga saat ini masih saya ingat namanya tetapi lucunya saya tidak pernah mengetahui wujudnya. Kata-kata itu antara lain sisal, jute dan damar, tiga nama yang selalu saya hafalkan sebagai hasil hutan di wilayah-wilayah tertentu di nusantara. Jangankan mengetahui kegunaan dari tanaman itu (misalnya produk yang dihasilkan untuk dipakai manusia), melihat fotonya atau gambarnya pun saya tidak pernah. Ini tentunya akibat sistem pembelajaran di masa itu yang memakai dogma ‘hafal mati’. Barangkali pelajaran geografi untuk murid-murid SD generasi sekarang bahkan tidak lagi mencantumkan tiga nama hasil hutan di atas, karena sudah ‘ketinggalan jaman’.

Sisal adalah tanaman perdu dengan daun-daun yang menjulang berbentuk pedang dengan panjang 1.5 sampai 2 meter dan mendapat nama itu karena dipercaya berasal dari wilayah Sisal, Yucatan di Meksiko Tenggara. Dari daunnya yang panjang ini diambil seratnya dengan proses dekortikasi, kemudian dijemur, disisir dan diikat. Serat ini akan dirangkai menjadi tali tambang yang terkenal karena keuletannya, keawetannya, ke-elastis-annya, kemampuan menyerap warna dan tidak hancur karena air asin. Dengan berkembangnya polypropylene (bahan plastik), fungsi serat sisal sebagai twine (tali pengikat) sudah sebagian digantikan oleh tambang plastik. Namun karena sifatnya yang ramah lingkungan ( biodegradable) maka serat sisal masih banyak dipakai dalam industri kertas, karpet, bahkan sebagai penguat pada bahan composite industri otomotif. Negara Brazilia diketahui sebagai penghasil sisal terbesar di dunia dengan menyuplai sebanyak 113 ribu ton serat sisal se tahunnya.

[caption id="attachment_167726" align="alignright" width="275" caption="anyaman karpet diatas burlap"][/caption]

Jute juga merupakan serat alami (natural fibres) yang digunakan nomor dua terbanyak sesudah kapas (cotton) sebagai bahan keperluan hidup manusia. Serat dari tanaman jute ini diperoleh dari kulit batang pohon ( yang dinamakan bast fibre). Kain yang dianyam dari serat jute ini dinamakan hessian cloth, sedangkan karung yang dibuat dari hessian cloth ini dinamakan ‘karung goni’ (gunny bags). Bahan dasar kain jute ini di Amerika dinamakan dengan burlap. Burlap sac ini membawa khayalan saya kepada para koboi Wild West yang menggantungkannya di atas pelana kudanya. Generasi yang dibesarkan pada tahun 1950 an tentu masih ingat ada orang di negeri kita ini yang sampai berpakaian goni saking miskinnya. Tentu saja mengenakan baju goni ini teramat menderita karena sangat kasar permukaannya dan menimbulkan rasa gatal. Di masa yang lebih lampau, dalam kepercayaan agama Kristen, baju dari goni ini (yang disebut dengan sackcloth) dikenakan oleh mereka sebagai ungkapan pertobatan akan dosa-dosa yang telah dilakukannya. Selain digunakan untuk pembuatan tali tambang dan karung goni, jute juga dipakai untuk bahan pembuat kertas, untuk karpet, korden, pelapis kursi mebel, bahkan pada masa Perang Dunia II dipakai untuk jaring-jaring pada topi baja (helm) prajurit dan juga untuk jaring kamuflase (camouflage netting).

[caption id="attachment_167727" align="alignleft" width="300" caption="damar"][/caption]

Damar yang dalam bahasa Inggris juga diberi nama dammar gum adalah getah yang diambil dari pohon golongan genus Shorea dan Hopea. Cara mengambilnya bisa dengan cara disadap dari pohonnya (seperti pada pohon karet) atau bisa juga diambil yang sudah mengeras seperti fosil di tanah. Bentuknya seperti kelereng dan warnanya berkisar kuning muda sampai abu kecoklatan. Di dalam istilah Melayu dibedakan dengan dua jenis damar yaitu ’mata kucing’ dan ’batu’. Kegunaan damar ini memang beragam mulai sebagai lapisan untuk mengkilapkan pada penganan dan makanan, untuk dupa (incense) dan juga untuk vernis (varnish) pada kayu. Damar juga dipakai untuk melapisi lukisan agar lebih awet. Dengan kemajuan teknologi fungsi damar ini sudah tergeser oleh bahan-bahan kimia yang yang lebih canggih dan mutakhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun