[caption id="attachment_32331" align="alignleft" width="300" caption="Mayday ....Mayday.....!"][/caption]
Tiada kelegaan yang lebih besar daripada perasaan saat skripsi yang kita buat di acc oleh dosen pembimbing kita atau manakala proposal yang kita ajukan di acc oleh direktur.
Seakan-akan beban berat yang kita pikul terangkat sudah dan segala jerih payah yang kita jalani selama berminggu-minggu terobati dengan goresan tiga huruf ini, acc.
Apa sebetulnya kepanjangan dari acc ini? Kalau mengacu dari bahasa Belanda (karena kita lama dijajah oleh Belanda) ‘acc’ adalah singkatan dari accoord yang maknanya kurang lebih ‘akur’ atau ‘sepakat’. Kalau mengacu pada bahasa Inggris dia adalah kependekan dari accepted ( diterima) dan bisa pula merupakan singkatan dari bahasa Latin accedere (yang juga berarti disetujui).
Kata lain yang amat sering keluar dari mulut manusia modern dewasa ini adalah OK atau okay. Lihatlah pada acara-acara di televisi tidak pernah ada hari tanpa kata ‘oke’ ini.
Kata ini berasal dari negerinya Paman Sam dan memang banyak pendapat mengenai etimologi (asal usul) kata ’oke’ ini. Satu diantaranya mengatakan bahwa kata ini dikoin (diukir) seputar tahun 1838 dimana para pekerja kasar yang berasal dari bermacam-macam suku bangsa membuat singkatan plesetan ’oll korrect’ menjadi OK. ’Oll korrect’ yang tentunya kesalahan eja dari all correct dimaksudkan ’semuanya beres’. Ada juga teori yang mengatakan bahwa OK itu diciptakan oleh pekerja-pekerja pembangunan rel kereta-api dari etnis Yunani yang mempunyai istilah ola kala ( berarti semuanya baik) dan disingkat ’OK’. Di pelabuhan laut pada masa itu kelasi Yunani akan menuliskan OK apabila kapal mereka sudah siap bertolak. Yang jelas kata hebat ini sudah mendunia melintasi batas-batas negara.
Bicara soal kapal saya teringat akan istilah yang juga sangat mendunia yaitu SOS. Banyak orang yang mengatakan ini singkatan dari save our ship atau save our soul. Tetapi sebenarnya kepanjangan ini terukir belakangan, karena ’SOS’ adalah kode Morse (· · · — — — · · ·) yang pertama kali digunakan oleh Jerman pada tahun 1905 untuk memberitahukan tanda bahaya. Kode morse ini secara internasional resmi digunakan pada tahun 1908. Kode Morse huruf S adalah tiga bunyi dit pendek dan hurufO adalah tiga bunyi dit panjang. Kode SOS ini masih dipakai sampai tahun 1999.
Tapi dengan kemajuan teknologi komunikasi maka terbitlah istilah baru tanda bahaya yaitu mayday. Kata ini lahir pada tahun 1923 pada saat perwira radio Frederick Mockford di bandara Croydon, London diminta untuk mencari kata yang pas untuk para pilot memberitahukan tanda bahaya di udara. Dia mengusulkan kata Perancis venez m'aider, atau m'aidez yang berarti ‘(anda) datanglah membantu saya’. And the rest is history, karena sejak saat itu mayday menjadi panggilan tanda bahaya untuk polisi, pilot, pemadam kebakaran dan organisasi transportasi lainnya.
Anda mungkin pernah bertanya-tanya juga darimana istilah kata hari H. Ini adalah jargon militer yang dipakai untuk menyatakan hari dimulainya suatu serangan atau operasi militer dan disebutkan dengan D day bahkan juga waktunya dengan H hour. Namun D day yang paling terkenal adalah hari dimulainya serangan pasukan sekutu pada tanggal 6 Juni 1944 ke pantai Normandy untuk membebaskan Eropa dari pasukan Nazi pada Perang Dunia ke II. Istilah inipun sekarang sudah mengglobal dan di negara kita dikenal dengan hari H dan jam J dan tidak hanya digunakan untuk gerakan militer tetapi untuk beragam kegiatan masyarakat.
Anda barangkali kurang memperhatikan bahwa angka-angka pada piringan jam dinding atau jam tangan
[caption id="attachment_32333" align="alignright" width="293" caption="Angka Romawi IIII"][/caption]
apabila menggunakan angka Romawi mempunyai ciri yang khas. Yaitu angka empatnya tidak ditulis IV tetapi ditulis IIII. Banyak orang juga bertanya mengapa harus ditulis seperti itu. Rupa-rupanya alasan dibalik penulisan IIII itu adalah untuk estetika dan kesimetrisan. Kalau kita lihat pada piringan jam maka angka VIII (delapan) bersimetri dengan angka empat. Kalau ditulis dengan IV maka dia mempunyai dua ’tonggak tebal’ dan satu ’tonggak tipis’, padahal angka delapan mempunyai empat ’tonggak tebal’ dan satu ’tonggak tipis’. Supaya kelihatan simetri dan indah dipandang maka ditulislah angka empat dengan IIII, sehingga kedua-duanya mempunyai empat ’tonggak tebal’. Hanya ’peraturan’ ini rupanya tidak diikuti oleh jam gadang Big Ben dimana angka empat tetap ditulis IV.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H