Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

"Blusukan" Nampaknya Serapan Dari Bahasa Belanda

29 Juni 2014   20:57 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:16 1100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Blusukan” memang menjadi kata tenar, melambung bersama penggagasnya Jokowi. Kalau kita cari lema “blusukan” ini pada KBBI Edisi IV cetakan ketujuh (Januari 2014) maka kata yang diasumsikan dari bahasa Jawa ini tak dapat ditemukan. Seperti yang pernah saya tulis beberapa waktu lalu, sejumlah kata Jawa ternyata menyerap dari istilah Belanda, seperti misalnya yang cukup kita kenal, ‘pit’ (bahasa Belanda fiets = sepeda, ‘sepur’ (spoor = rel KA), ‘telat’ (te laat = terlambat), ‘tekor’ (tekort = defisit), ‘kenek/kernet’ (knecht = pembantu), ‘keneker’ (knikker = kelereng), ‘selot’ (slot = gembok), ‘kelom’ (klomp = sepatu kayu), ‘kelar’ (klaar = selesai), ‘kelir’ (kleur = warna) dan sebagainya.

Mungkinkah kata Jawa ‘blusukan’ juga menyerap dari istilah bahasa Belanda? Hipotesa yang saya susun nampaknya meneguhkan hal tersebut. Ada suatu ungkapan dalam bahasa Belanda yang lazim dipakai yaitu “zijn heil in de vlucht zoeken” (heil = safety/keselamatan, vlucht = flight/escape/kabur, zoeken = cari). Jadi “zijn heil in de vlucht zoeken” secara bebas dapat diterjemahkan dengan “lari cari selamat”. Saya dapat membayangkan situasi polisi kolonial yang akan menangkap seseorang dan oknum ini lari ke dalam gang-gang yang sempit dan berkelok-kelok atau ke arah pasar yang dipadati pembelanja, sehingga akhirnya mereka garuk-garuk kepala kehilangan jejak.

Penduduk yang kebetulan berada di situ, mendengar si polisi berkata kepada rekannya “Zijn heil in de vlucht zoeken” tetapi yang tertangkap di pendengaran cuma “buntutnya” saja yaitu “vlucht zoeken”. Itu pun sudah berubah mengalami metamorfosa fonetik menjadi “blusukan”. Kata ini memang pas dan cocok sekali untuk menggambarkan gerakan orang yang menyelinap menyeruak di antara lorong-lorong sempit dan berkelok-kelok. Jadi itulah interpretasi makna yang dipraanggapkan penduduk manakala mendengar polisi/tentara Belanda mengucapkan “Zijn heil in de vlucht zoeken” ketimbang makna sebenarnya “Dia kabur cari selamat”. Dan lahirlah istilah “blusukan” kata Jawa yang dipermak dari bahasa Belanda.

Seperti sudah dipaparkan di atas, “vlucht” mempunyai definisi sebagai “flight” di mana terkandung dua makna utama yaitu (1) kabur/melarikan diri dan (2) penerbangan. Jadi kalau kita cari (search) istilah “vlucht zoeken” di Google, maka yang akan ditampilkan adalah “hasil pencarian daftar maskapai penerbangan”. Sepertinya tak “nyambung” dengan argumentasi bahwa “blusukan” menyerap dari frasa kata tersebut. Ini tentunya disebabkan karena kita menyerapnya hanya sepotong saja dari kalimat seutuhnya “zijn heil in de vlucht zoeken”. Sekedar tambahan, tahukah Anda, istilah bahasa Jawa “sokle” (lampu sorot berukuran besar) juga menyerap dari terminologi Belanda “zoeklicht” yang dalam bahasa Inggris disebut dengan “searchlight”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun