Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Yang Lucu dan Koplak dari "Typo" di Koran

10 September 2014   20:50 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:05 4430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_341936" align="aligncenter" width="575" caption="(ilust kompas epaper)"][/caption]

Sekali lagi saya ingin menyampaikan bahwa posting ini sekadar ingin mendokumentasikan ‘salah ketik” atau “typo” (kependekan dari typographical error) yang kebetulan saya temukan pada suratkabar Kompas. Menurut saya, typo ini ada dua macam, yaitu yang murni salah ketik dan yang kelirumologi. Yang murni salah ketik misalnya, mau mengetik kata “perang” ternyata keliru tertulis “parang”, yang masuk kelompok kelirumologi sifatnya lebih intrinsik, karena ada kesalahkaprahan dalam mindset, sehingga si penulis boleh dibilang akan mengulangi pengejaan yang rancu setiap kali kata bersangkutan muncul dalam tulisannya.

Hari ini, pada suratkabar Kompas saya menemukan dua “typo” penulisan istilah bahasa Inggris yang menurut hemat saya masuk kategori kelirumologi. Artinya si penulis berita berasumsi bahwa pengejaannya sudah benar, padahal keliru. Typo yang pertama adalah penulisan “costumer” (lihat pada gambar pertama). Kutipannya adalah sebagai berikut: “sistem layanan pelanggan (costumer relation system)”. Banyak di antara kita yang tidak menyadari bahwa penulisan “costumer” (untuk mengacu pada makna ‘pelanggan’) adalah keliru, dan yang benar adalah “customer”. Nampaknya sepele saja (huruf ‘o’ dan ‘u’ terbolak-balik), namun cukup fatal efeknya, karena “costumer” secara harfiah bermakna “orang atau perusahaan yang membuat dan menyuplai kostum teater”. Manakala kita mau mengacu kepada makna “pelanggan” sudah barang tentu penulisannya (pengejaannya) adalah “customer”.

[caption id="attachment_341937" align="aligncenter" width="608" caption="(ilust kompas epaper)"]

14103316261752890752
14103316261752890752
[/caption]

Typo kedua yang kebetulan saya jumpai juga pada edisi Kompas hari ini (10 September 2014) adalah penulisan kata “lipsing” (lihat pada gambar kedua). Saya kutip sebagian paragrafnya sebagai berikut: [Jika birokrasi diibaratkan dengan orkestra, banyak birokrasi yang tidak bisa mendukung penuh jalannya orkes tersebut. “Banyak birokrasi yang tidak bisa membaca not, tidak bisa bermain musik. Nyanyi pun sebagian lipsing, sebagian lainnya sumbang.]. Si penulis berita pasti tidak mengetahui bahwa penulisan yang benar adalah “lip sync atau lip-sync”. Lip-sync yang merupakan akronim dari lip synchronization, adalah “gaya menyanyi pura-pura dengan menggerak-gerakkan bibir mengikuti irama lagu yang diputar dari rekaman”. Mungkin si penulis terasosiasi dengan kata “sing” (artinya ‘menyanyi’), sehingga dia berpikir “menyanyi dengan bibir” pastilah “lipsing”. Dan ternyata salah duga, karena pengejaan yang benar adalah “lip sync”.

[caption id="attachment_341939" align="aligncenter" width="614" caption="(ilust kompas epaper)"]

1410331694131769431
1410331694131769431
[/caption]

Kemarin, pada edisi Kompas 9 September 2014, saya menemukan typo yang agak memalukan, karena ini bertalian dengan pengetahuan geografi tanah air kita sendiri. Saya kutip kalimat yang merupakan caption dari berita foto sebagai berikut: [Perwakilan masyarakat Amanatun, Kabupaten Timur Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur, mendatangi Gedung DPR di Senayan, Jakarta, Senin (8/9). Kedatangan mereka untuk menyampaikan aspirasi pemekaran wilayah, berpisah dengan Kabupaten Timur Tengah Selatan, kepada anggota DPR]. Saya tak tahu apa yang ada di benak penulis berita foto ini waktu menulis “Kabupaten Timur Tengah Selatan”, karena sesungguhnya yang benar adalah “Kabupaten Timor Tengah Selatan”. Apakah dia waktu itu teringat dengan istilah “Timur Tengah” (Middle East) yang sesungguhnya jauh panggang dari api dengan wilayah di Nusa Tenggara Timur (NTT). Ataukah dia teringat dengan istilah “Timor Timur” sehingga mixed up (terbolak-balik) antara “Timor” dan “Timur”. Sepertinya ada banyak excuses yang bisa dikemukakan terhadap typo yang terlanjur terjadi di media cetak ini. Ini memang “dosa yang tidak bisa dihapuskan” karena sudah terlanjur dicetak, dan berbeda dengan media online, karena begitu ketahuan salah ketik, bisa langsung dikoreksi pada saat itu juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun