Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kemampuan Bahasa Inggris Kita Sudah "Mentok"?

19 November 2014   22:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:23 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14163858171433044476

[caption id="attachment_355082" align="aligncenter" width="651" caption="ilust kompas epaper"][/caption]

Dalam bahasa Jawa adalah istilah “wis notok” yang mengonotasikan “suatu kondisi di mana seseorang tidak mungkin bergerak naik lebih jauh”, ibarat kita menaiki tangga kepala kita sudah menyentuh plafon (nyundul) sehingga mustahil untuk menapaki anak tangga yang lebih tinggi. Padanan katanya adalah “mentok”. Dalam wacana bahasa lisan kita sering mendengar orang mengatakan “kariernya sudah mentok” atau “prestasi olahragawan itu sudah mentok” yang berarti “tak mungkin lagi baginya untuk berkembang lebih bagus lagi”. Istilah ini saya pakai untuk menyimpulkan kemampuan rata-rata dari kita dalam penguasaan bahasa Inggris. Ini saya ekstrapolasikan setelah mengamati insan pers menyadur bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia.

Marilah kita lihat contoh dari komik serial “The Amazing Spider-Man” yang termuat pada koran Kompas hari ini (19 November 2014). Di situ ada dialog antara Spider-Man dengan pacarnya Mary Jane (MJ) di rumah, dan tiba-tiba ada ketukan keras pada pintu berulang-ulang. Ini tergambar pada komik dengan tulisan berukuran besar “Nok-nok-nok-nok-nok”. Lantas tampak pada gambar MJ bergegas ke pintu sambil berujar “All right. You can stop pounding. I’m –“ yang kalau disadur secara bebas kurang lebih adalah “Iya. Iya. Tak usah menggedor-gedor pintu” (to pound = to strike repeatedly with great force, as with an instrument, the fist, etc). Tapi coba kita lihat apa terjemahan yang tertulis di situ: “Oke, kau bisa berhenti menyentak” (lihat pada gambar). Sungguh sangat jauh panggang dari api. Kesalahan menerjemahkan ini lebih “besar dosanya”, karena sebetulnya si penyadur sudah terbantu dengan visual gambar yang sangat gamblang, sehingga seharusnya tidak boleh melenceng. Kita kritisi lagi kalimat “kau bisa berhenti menyentak” dan terasa sangat absurd, karena tak ada “sentakan” apa pun dalam konteks jalannya cerita Spider-Man ini.

Inilah secuil dari contoh mentoknya kemampuan penguasaan bahasa Inggris kita yang tentunya membuat miris dihadapkan pada masifnya kiprah bahasa Inggris di dunia. Saya pikir kita harus tekun belajar bahasa Inggris, sehingga bisa mendobrak langit-langit yang membuat kita mentok. Tapi yakinlah, sekalinya kita bisa break the ceiling, maka kemajuan penguasaan bahasa Inggris akan meroket dengan pesat sekali. Persoalannya, banyak orang Indonesia yang langsung “mutung” (patah arang) begitu merasa sudah mentok di dalam upaya mempelajari bahasa Inggris.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun