Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Saya Skeptis Akan Keandalan Menerjemah Insan Pers Indonesia

6 Januari 2015   21:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:41 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Pada umumnya kita membaca berita luar negeri (yang sebagian besar merupakan hasil terjemahan dari kantor berita asing) dengan asumsi semua yang ditulis adalah benar dan kredibel. Sekali tempo, memang kita jumpai kalimat yang aneh dan ganjil, namun kita segan untuk repot-repot meng-kroscek dengan berita aslinya yang tertulis dalam bahasa Inggris. Toh ini berita yang tak penting-penting amat, jadi cukup dibaca sambil lalu saja. Karena itu, sangat jarang ada orang yang menggugat keandalan menerjemahkan insan pers Indonesia. Kalau pun ada yang menunjukkan kekeliruan terjemahan, maka dengan enteng akan ditanggapi sebagai kekeliruan kecil karena desakan tenggat waktu (deadline). Betulkah ini cuma kekeliruan kecil dan betulkah kesalahan terjemahan ini karena diburu-buru kejar tayang? Saya yakin keduanya tidak benar dan hanya merupakan excuse (dalih) belaka.

Untuk meng-kroscek keandalan terjemahan kita perlu membandingkan berita asli dalam bahasa Inggris dan berita terjemahan dalam bahasa Indonesia. Kalau memungkinkan, kita cari sumber berita yang melansirnya, misalnya Reuters, AFP, BBC, CNN (karena masing-masing sumber berita ini mempunyai gaya penulisan yang berbeda meskipun esensi konteks berita yang sama), sehingga pembandingan (komparasi) ini bisa lebih gamblang terlihat. Hari ini, saya membaca berita tentang misteri kematian seorang penulis wanita keturunan Iran yang bukunya menjadi bestseller, bernama Marsha Mehran. Dia meninggal dunia pada bulan April 2014 dalam kesendirian di sebuah bungalow di Irlandia. Buku perdana yang menjadi bestseller dan diterjemahkan dalam 26 bahasa berjudul “Pomegranate Soup”.

Inilah dua cuplikan dari berita tersebut yang meneguhkan keyakinan saya bahwasanya insan pers Indonesia masih perlu ditingkatkan kemampuannya menerjemahkan bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Pada salah satu paragraf berita ini tertulis [ Ms. Mehran, 36, was reportedly found dead alone in a rubbish strewn cottage in lecanvey, County Mayo ......]. Pada berita yang saya baca di detikcom tertulis sebagai berikut [ Pada April 2014 lalu, jasadnya ditemukan tak bernyawa di sebuah tempat pembuangan sampah dekat pondokan di Lecanvey.]. Sesungguhnya, “a rubbish strewn cottage” bermakna “sebuah pondok yang penuh dengan sampah yang bertebaran”. Jadi, definitely bukan “tempat pembuangan sampah dekat pondokan”. Menurut saya ini adalah blunder penyaduran yang fatal, karena bersifat misleading (menyesatkan). Dengan disebutkan jasadnya ditemukan di tempat pembuangan sampah, tentu pembaca akan berkesimpulan bahwa mungkin penulis ini adalah korban pembunuhan. Padahal faktanya, dia meninggal di rumahnya sendiri, namun karena dia hidup menyendiri dan menyepi (dan dalam keadaan sakit), maka banyak sampah di kediamannya.

Cuplikan kedua dari berita yang sama berkisah tentang buku bestseller Marsha Mehran yang berjudul “Pomegranate Soup” (artinya ‘Sup delima’). Inilah kutipan dalam bahasa Inggrisnya: [ In 2005, she released her debut novel Pomegranate Soup, which tells the story of three Iranian sisters who try to win over a community in rural Ireland.]. Pada berita terjemahan detikcom tertulis [ Novel pertama Mehran menceritakan tentang tiga bersaudara kebangsaan Iran yang mencoba memenangkan sebuah kejuaraan di pedesaan Irlandia.]. Kita tengok dahulu definisi dari “win over” yaitu “make (someone) agree, understand, or realize the truth or validity of something” (membuat seseorang menyetujui, memahami, atau menyadari kebenaran atau keabsahan dari sesuatu hal). Jadi sinonim dari “win over” ini adalah “convince” (meyakinkan). Dengan demikian, frasa “to win over a community” bermakna “meyakinkan sebuah komunitas”. Ini sesuai dengan alur cerita novel tersebut yang menggambarkan tiga gadis bersaudara yang merupakan imigran Iran yang mengadu nasib dengan membuka restoran makanan khas Iran yang salah satunya adalah sup delima. Penduduk lokal di desa Irlandia ini asalnya tidak bisa menerima kehadiran restoran masakan Iran yang mempunyai aroma yang aneh dan menyengat. Namun berkat kegigihan tiga gadis ini, akhirnya penduduk dapat menerima kehadiran mereka dan bahkan restoran ini menjadi sangat laris. Karena itulah dalam sinopsis novel ini disebutkan “three Iranian sisters who try to win over the community in rural Ireland” (tiga gadis bersaudara Iran yang berusaha untuk merebut hati masyarakat di pedesaan Irlandia). Jadi, sama sekali bukan “memenangkan sebuah kejuaraan di pedesaan Irlandia”, seperti yang ditulis di detikcom tersebut. Saya memilih sampel detikcom bukan karena sentimen, namun hanya kebetulan saja, karena dalam kenyataannya pada media yang mumpuni lainnya, saya juga cukup sering menemukan mistranslation serupa ini. Mudah-mudahan, tulisan ini menjadi pembelajaran bagi kita semua tentang ikhwal menyadur dan menerjemahkan yang baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun