[caption id="attachment_397415" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi/Shutterstock-Kompas.com"][/caption]
Kecuali berita yang berasal dari dalam negeri, hampir semua berita luar negeri yang kita baca pada media mainstream/media online merupakan hasil terjemahan dari kantor berita asing. Seberapa sahih (valid) terjemahan-terjemahan ini? Pembaca Indonesia sangat jarang membandingkan terjemahan ini dengan berita asalnya yang tertulis dalam bahasa Inggris. Bagaimana kalau penerjemah media mainstream ini keliru menafsirkan ungkapan bahasa Inggris ini? Yang jelas, persepsi pembaca akan keliru dan bukan tak mungkin kita akan terhasut, terintimidasi, terprovokasi bilamana berita tersebut ada kaitan dengan hubungan Indonesia dan negara lain.
Pada pagi ini, saya membaca dan menemukan kekeliruan terjemahan di harian Kompas yang memberitakan sikap PM Australia, Tony Abbott, sehubungan dengan rencana akan dilaksanakan eksekusi mati terhadap dua terpidana narkoba warga negara Australia. Pada suratkabar nasional ini tertulis sebagai berikut [Perdana Menteri Australia Tony Abbott, Minggu (15/2), mengatakan, jutaan orang Australia merasa "mual" atas apa yang akan terjadi kepada dua warga negara Australia itu ...].
Kalimat ini ternyata merupakan terjemahan dari quote (kutipan) pernyataan Tony Abbott sendiri yang berbunyi sebagai berikut: [“Millions of Australian are feeling very, very upset about what may soon happen to two Australians in Indonesia.”].
Anda perhatikan kata yang dicetak tebal di atas. Terlihat di situ bahwa kata “upset” dipadankan dengan kata “mual”. Ini blunder yang cukup fatal menurut saya, karena ungkapan upset menyiratkan perasaan kecewa, tidak bahagia, terguncang, terpukul (disappointed, unhappy, distressed). Misalnya, kita bisa merasa upset kalau mobil yang kita rawat dengan baik terserempet oleh becak, atau kita bisa upset kalau mendapat kabar bahwa kita tidak lulus ujian masuk perguruan tinggi. Jadi, perasaan upset ini gabungan antara “kecewa, cemas, tidak bahagia dan juga marah”. Sedangkan kalau ungkapan “mual” atau “muak”, biasanya dinyatakan dengan “I am disgusted” dalam bahasa Inggris. Keruan saja, kita tersinggung berat membaca berita bahwa warga Australia merasa “mual” dengan rencana pelaksanaan hukuman mati di Indonesia itu. Padahal, sesungguhnya bukanlah itu yang dinyatakan oleh PM Australia, Tony Abbott. Sesungguhnya, Tony Abbott ingin menyatakan bahwa “jutaan warga Australia merasa sangat terpukul dengan rencana pelaksanaan hukuman mati dua napi narkoba”. Anda bisa melihat betapa berbeda konteksnya, bukan.
Dua hari berselang, saya juga menemukan kesalahan terjemahan yang cukup mengganggu pada koran online detikcom. Beritanya adalah mengenai insiden penembakan di suatu gedung pertemuan yang menjadi tempat seminar tentang kebebasan pers di mana salah seorang pembicaranya adalah Lars Vilks, kartunis Denmark yang controversial. Inilah kutipan dari berita detikcom [Vilks dan duta besar Perancis yang juga hadir, keduanya terluka.] Pada berita aslinya dalam bahasa Inggris tertulis [both Vilks and the French ambassador, who was also attending the event, were unharmed]. Anda cermati kedua kata yang dicetak tebal itu. Di situ kata “unharmed” diterjemahkan menjadi “terluka”. Ini juga merupakan blunder yang fatal (terlepas dari kemungkinan penerjemahan mungkin ‘melamun’), karena sesungguhnya “unharmed” bermakna “tidak terluka”. Jadi, telah terjadi pembolakbalikan fakta, dari “tidak terluka” menjadi “terluka”.
Namun yang paling “mengenaskan” (pathetic) adalah terjemahan pada berita yang sama, tentang pengejaran pelaku penembakan yang diperkirakan akan menyeberang dari Denmark menuju ke Swedia. Inilah kalimat asli yang dilansir dari kantor berita Reuters [Sweden is joined to Denmark by bridge and transit across is largely unchecked.]. Dan inilah terjemahan yang saya baca di detikcom [Swedia bergabung ke Denmark melalui jembatan, dan transit di sebagian yang tercentang.]. Alangkah ganjil dan lucunya kalimat ini. Anda mungkin akan mengatakan bahwa kalimat ini pasti hasil terjemahan dari Google Translate dan saya juga menengarai demikian. Kalimat Inggris di atas menurut saya seyogianya diterjemahkan dengan [Swedia terhubung dengan Denmark melalui jembatan dan perlintasan di situ kebanyakan tidak dijaga dan diperiksa].
Beberapa hari yang lalu, kebetulan saya membaca berita online Sriwijaya Post tentang pembesaran payudara (breast enhancement) yang memakai metoda Instanbreasts. Pada metoda Instabreasts ini, pasien tidak langsung dioperasi, namun diberi suntikan larutan saline ke dalam payudaranya dan efek pembesaran ini hanya berlangsung selama 24 jam. Bilamana setelah pasien melihat penampilannya merasa puas, maka akan dilanjutkan dengan operasi pembesaran payudara yang permanent. Inilah kutipan asli yang diucapkan oleh dokter Rowe, penggagas Instabreasts [“I’m finding that about 75 percent of the patients that have the Instabreast do go ahead and have breast augmentation.”]. Lantas kita lihat sekarang terjemahannya sebagai berikut [Saya menemukan bahwa sekitar 75 persen dari pasien yang memiliki Instabreasts pergi ke depan dan memiliki operasi pembesaran payudara.] Amboi, bagaimana ini, idiom go ahead kok diterjemahkan menjadi “pergi ke depan”? “Go ahead” yang sudah sering kita baca pada banner iklan rokok tentunya bermakna “melanjutkan, meneruskan”. Jadi, kalimat di atas seyogianya diterjemahkan menjadi [Data yang saya temukan sekitar 75 persen pasien yang mencoba Instabreasts berketetapan untuk melanjutkan dengan operasi pembesaran payudara.]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H