Keempat, Kurangnya Keterampilan Bersosialisasi dan Berekspresi
Pada sebagian keluarga, anak laki-laki mungkin kurang dibiasakan untuk mengidentifikasi, memahami, atau berbicara tentang perasaan mereka. Orang tua yang kurang mendiskusikan perasaan dan emosi dengan anak laki-laki cenderung membuat anak tersebut kurang terampil dalam mengenali dan mengekspresikan perasaan mereka, baik dalam hubungan interpersonal maupun dengan pasangan.
Seorang anak laki-laki yang tidak diajarkan untuk berbicara tentang perasaannya atau yang tidak pernah diberi kesempatan untuk mengekspresikan kekesalan atau kegembiraannya dalam kata-kata, mungkin merasa bingung tentang bagaimana cara berbicara tentang perasaan dengan pasangannya ketika sudah dewasa.
Kelima, Pengasuhan yang lebih Menghargai Prestasi, Bukan Emosi
Beberapa pola pengasuhan lebih menekankan pencapaian dan prestasi daripada perkembangan emosional. Anak laki-laki yang dibesarkan dalam pola ini mungkin merasa bahwa perhatian dan kasih sayang hanya diberikan jika mereka berhasil mencapai sesuatu, seperti nilai bagus di sekolah atau pencapaian olahraga, bukannya menerima kasih sayang tanpa syarat.
Seorang anak laki-laki yang merasa bahwa prestasi adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan perhatian positif dari orang tuanya mungkin akan kesulitan untuk menerima atau memberikan kasih sayang tanpa harus "berprestasi" terlebih dahulu. Hal ini bisa mempengaruhi bagaimana ia mengekspresikan perasaan kepada pasangan, karena ia merasa harus memenuhi harapan tertentu terlebih dahulu.
Dampak Ketika Sudah Menikah dan Solusi Menghadapinya
Ketika seorang laki-laki dibesarkan dalam pola pengasuhan sebagaimana kondisi diatas, ia mungkin akan kesulitan untuk mengekspresikan perasaan kepada pasangannya, meskipun ia mencintainya. Hal ini dapat menyebabkan perasaan kesepian, ketidakpahaman, dan frustrasi bagi pasangan yang menginginkan lebih banyak ekspresi emosional dalam hubungan.
Dalam konteks LDM (Long Distance Marriage) atau hubungan jarak jauh, ketidakmampuan untuk mengekspresikan perasaan secara verbal atau fisik dapat memperburuk ketegangan dan kesalahpahaman dalam hubungan.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, penting bagi pasangan untuk saling memahami dan memberikan ruang bagi suami untuk berkembang. Jika suami sulit mengekspresikan perasaannya, istri bisa membantu dengan menciptakan lingkungan yang aman dan penuh dukungan, di mana suami merasa dihargai dan tidak dihakimi. Menggunakan pendekatan komunikasi yang lembut dan penuh pengertian dapat membuka jalan bagi suami untuk lebih terbuka. Selain itu, penting juga untuk menciptakan kesadaran bahwa ekspresi kasih sayang tidak selalu harus verbal atau melalui kontak fisik, tetapi bisa melalui tindakan yang menunjukkan perhatian, seperti mendengarkan dengan baik atau melakukan hal-hal kecil yang menunjukkan kasih sayang.
Kesimpulan