Mohon tunggu...
Gus Ros
Gus Ros Mohon Tunggu... Administrasi - ASN

Masih belajar dan terus belajar ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Usir Setan dengan Mengingat-Nya

8 Februari 2017   09:59 Diperbarui: 8 Februari 2017   11:31 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : hidayatullah.com

Surat Annas adalah penghujung surat dalam lembaran mushaf Al Quran. Tentu saja bukan berarti merupakan ayat-ayat terakhir yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW karena letaknya diakhir mushaf. Surat Annas termasuk surat pendek yang mudah dihafal bahkan oleh para anak-anak balita. Jadi malu rasanya kalau sudah besar masih belum hafal surat Annas.

Meski surat ini adalah surat pendek yang terdiri dari 6 ayat dan mudah dihafal, namun memiliki konten yang begitu luas dan sangat bermakna untuk kehidupan kita. Demikian pula dengan surat-surat pendek lainnya dalam Al Quran, akan sangat terasa maknanya yang mendalam bagi orang-orang yang mau membaca, mempelajari, memahami, mentadaburi dan mengamalkannya.

Ada hal yang penting untuk difahami, berikut saya ambilkan konten tafsir surat Annas dari Tafsir Jalalain yang ada dalam aplikasi Ayat.

  • (Katakanlah, "Aku berlindung kepada Rabb manusia) Yang menciptakan dan Yang memiliki mereka; di sini manusia disebutkan secara khusus sebagai penghormatan buat mereka; dan sekaligus untuk menyesuaikan dengan pengertian Isti'adzah dari kejahatan yang menggoda hati mereka.
  • (Raja manusia)
  • (Sesembahan manusia) kedua ayat tersebut berkedudukan sebagai Badal atau sifat, atau 'Athaf Bayan, kemudian Mudhaf Ilaih. Lafal An-Naas disebutkan di dalam kedua ayat ini, dimaksud untuk menambah jelas makna.
  • (Dari kejahatan bisikan) setan; setan dinamakan bisikan karena kebanyakan godaan yang dilancarkannya itu melalui bisikan (yang biasa bersembunyi) karena setan itu suka bersembunyi dan meninggalkan hati manusia bila hati manusia ingat kepada Allah.
  • (Yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia) ke dalam kalbu manusia di kala mereka lalai mengingat Allah.
  • (Dari jin dan manusia") lafal ayat ini menjelaskan pengertian setan yang menggoda itu, yaitu terdiri dari jenis jin dan manusia, sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat lainnya, yaitu melalui firman-Nya, "yaitu setan-setan dari jenis manusia dan dari jenis jin." (Q.S. Al-An'am, 112) Atau lafal Minal Jinnati menjadi Bayan dari lafal Al-Waswaasil Khannaas, sedangkan lafal An-Naas di'athafkan kepada lafal Al-Waswaas. Tetapi pada garis besarnya telah mencakup kejahatan yang dilakukan oleh Lubaid dan anak-anak perempuannya yang telah disebutkan tadi. Pendapat pertama yang mengatakan bahwa di antara yang menggoda hati manusia adalah manusia di samping setan, pendapat tersebut disanggah dengan suatu kenyataan, bahwa yang dapat menggoda hati manusia hanyalah bangsa jin atau setan saja. Sanggahan ini dapat dibantah pula, bahwasanya manusia pun dapat pula menggoda manusia lainnya, yaitu dengan cara yang sesuai dengan keadaan dan kondisi mereka sebagai manusia. Godaan tersebut melalui lahiriah, kemudian merasuk ke dalam kalbu dan menjadi mantap di dalamnya, yaitu melalui cara yang dapat menjurus ke arah itu.

Setidaknya kita dapat mengambil hal penting dalam surat ini , dimana kita diingatkan oleh Allah SWT untuk senantiasa waspada akan bisikan setan dan memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan.

Saat ini ditengah hiruk pikuk kehidupan di akhir zaman, semua pihak mengklaim bahwa dirinya adalah benar dan memperjuangkan kebenaran. Lalu dimana letak kebenaran itu jika pihak-pihak itu saling berlawanan dimana masing-masing merasa mengusung kebenaran?

Dan dimanakah kita memposisikan diri?

Mari kita cek diri kita dengan membaca dan mencoba memahami surat Annas diatas. Dalam tafsir jalalain yang saya kutip tersebut menjelaskan bahwa setan itu suka bersembunyi dan meninggalkan hati manusia bila hati manusia ingat kepada Allah. Tatkala manusia lalai, maka setan akan membisikkan kejahatan ke dalam hati manusia.

Sebagai muslim, tentunya kita harus memahami kondisi mengingat Allah itu bagaimana dan kondisi lalai itu bagaimana? Satu parameter yang tampak jelas dalam keseharian kita adalah ditegakkannya sholat lima waktu.

Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al ‘Ankabut: 45).

Jika dari satu parameter ini saja kita belum memenuhinya, maka dipastikan kita dalam keadaan lalai dari mengingat Allah. Tidak perlu melanjutkan ke parameter lainnya yang mungkin masih banyak lagi, satu ini saja jika kita sudah gagal memenuhinya, maka kita telah lalai dari mengingat Allah. Maka konsekuensinya kalbu kita akan menjadi tempat yang nyaman dan kondusif bagi setan untuk senantiasa menggoda dan membisikkan kejahatan.

Jadi mari kita usir setan dalam diri kita dengan mengingat-Nya. Lalu lihatlah orang-orang di sekitar kita, lingkungan yang terdekat disekitar kita, dengan melihat dari satu parameter saja (menegakkan sholat lima waktu yang bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar) kita akan mengetahui apakah seseorang itu lalai dari mengingat Allah atau tidak. Kebenaran insyaAlloh ada dalam diri orang yang senantiasa mengingat Allah, bukan pada mereka yang lalai dari mengingat Allah. Wallahu a’lam.

Referensi :

Tafsir Jalalain pada aplikasi Ayat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun