Mohon tunggu...
Agus Rodani
Agus Rodani Mohon Tunggu... Operator - Seorang ASN Yang Selalu Antusias Untuk Berubah Lebih Baik

sebagai Kontributor menulis Opini pada Surat Kabar Harian Pontianak Post, Penulis Artikel terproduktif pada Website DJKN dan penulisan lainnya

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Anak: Menjadi Penyenang Hati atau Fitnah Orang Tua

23 Maret 2023   11:45 Diperbarui: 23 Maret 2023   11:41 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Di hari pertama bulan Ramadhan 1444 H ini, Alhamdulillah penulis berkesempatan mengikuti kuliah shubuh yang diselenggerakan Mesjid dekat penulis berdomisili. Mesjid As-Sirath beralamat Jalan Suwignyo Kota Pontianak. Kuliah Shubuh dengan tema yang menarik mengenai tanggung jawab orang tua kepada anak.

Dalam kesempatan ini, penulis mencoba untuk menulisnya dengan harapan berbagi ilmu dan bermanfaat bagi pembaca. Kalimat pertama sang Ustad sampaikan dalam bentuk pertanyaaan kepada jamaah. "Siapakan dari jamaah yang paham makna orang tua yang mandul?" Dari sekian banyak jamaah tidak satupun yang menjawab termasuk saya. Sebenarnya sangat mudah saya jawab yaitu orang tua yang tidak memiliki keturunan atau anak. Akan tetapi saya mengurungkan karena pertanyaan itu baru pertama saya dengar dan sepertinya makna hanya kiasan.

Dikarenakan tidak ada satupun jamaah yang menjawab, sang Ustad pun menjelaskan bahwa orang tua yang mandul adalah orang tua yang memiliki anak namun anak-anaknya tidak menjadi penyenang hati melainkan menyusahkan hati. Dimana anak-anak tidak beribadah dan melakukan amalan-amalan shalih yang bermanfaat.

Orang tua pastinya sangat berharap kelak ketika tua nanti, anak-anak nya menjadi penolongnya ketika sakit ataupun keterbatasan fisik karena menurunnya fungsi tubuh. Kita berharap ketika anak-anak dewasa melakukan perbuatan yang bermanfaat bukan malahan yang menyusahkan. Dan apabila kita wafat, selauu mengirimkan doa dan memintakan ampunan buat kita.

Penjelasan Ustad lebih lanjut, Jika kita salah mendidik dan tidak menanamkan nilai-nilai agama sejak dini, anak-anak bisa menjadi : Satu, Fitnah buat orang tua. Anak yang melakukan perbuatan tercela maka orang tua akan terseret untuk bertanggung jawab. Dua, Musuh Orang Tua. Dalam hal anak-anak tidak lagi satu frekuensi dengan orang tua, susah untuk menerima nasehat, sering membantah maka berhati-hatilah. Apalagi jika anak-anak sudah kecanduan minuman keras atau narkoba, kerab kali akan berhadap-hadapan sebagai musuh hingga menimbulkan tindakan kekerasan. Tiga, Perhiasan dunia. Kita memiliki anak-anak yang sukses studi dan karirnya namun tidak ada yang memahami ibadah dan berdoa. Inilah anak yang laksana perhiasan dunia bisa memberikan kita materi namun tidak mengirimkan kita doa dan ampunan kepada Allah saat kita hidup dan wafat.

Sang Ustad bertanya lagi, "Apakah jamaah lebih menginginkan anak yang hebat karirnya dan kaya namun tidak ahli ibadah atau Anak yang pekerjaan  dan hartanya biasa saja tapi ahli ibadah?' Pertanyaan ini pun tak ada satupun jamaaah yang jawab. Sang Ustad kembali menjelaskan jika memang harus memilih maka lebih menginginkan anak yang karir dan ekonominya biasa saja namun ahli ibadah. Lebih menginginkan anak yang sholeh/sholehah yang selalu menyenangkan hati orang tua, mengirimkan doa dan memintakan ampun orang tua.

Dua hal utama yang menjadi kewajiban oran tua adalah memberikan anak-anak pendidikan agama yang kuat dan memberinya makanan dan minuman yang halal. Tujuannya agar anak kita menjadi anak-anak yang sholeh/sholehah, anak yang meyenangkan hati dan menolong orang tuanya di saat masa tuanya.

Keberuntungan oran tua adalah memiliki anak-anak ahli ibadah yang selalu menolong dan mendoakan orang tua. Anak yang selalu berightifar buat diri dan oran tuanya. Anak yang selalu menyenangkan hati, dan mengirimkan doa. Dan diakhir kuliah shubuh, Nasihat Ustad kepada orang tua untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Memberikan fondasi ilmu agama yang kuat, pendidikan lainnya yang bermanfaat dan pembinaan akhlak.

2. Mengajarkan anak untuk hafal dan memahami isi Alquran, sekuarng-kurangnya surat Alfatihah. Dan menasehatin anak agar selalu anak dekat dengan Alquran.

3. Menjadi tauladan bagi anak-anaknya, jangan hanya berharap anak-anak sholeh/sholehah tapi dirinya tidak.

4. Selalu mendoakan dan memberikan nasehat anak.

5. Sediakan waktu yang cukup bagi anak untuk bercengkrama, menerima keluh kesah, curahan hatinya, dengarkan dan jawablah dengan penuh sabar dan kasih sayang.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Semoga dapat bermanfaat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun