Selama hampir tujuh tahun tinggal disana, tidak mengalami kekeringan atau permasalahan seperti keluhan pelanggan PDAM di negara kita.Â
Bahkan kalau dihitung biaya waktu itu tergolong sangat murah untuk biaya per meterkubiknya. Amat sangat terjangkau bila di bandingkan dengan pendapatan sebagai karyawan sebuah perusahaan yang mengolah gas methane menjadi diesel.
Barangkali sudah saatnya kita belajar kepada mereka tentang teknologi pengolaan air laut menjadi air tawar dalam skala besar untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi warganya.
Sebab seperti yang sering kita dengar di berita-berita dan penelitian ilmia, kasus penggunaan air tanah secara besar-besaran sangat berdampak serius terhadap lingkungan.
Seperti kasus Jakarta misalnya, sudah sering kita dengar berita penurunan permukaan tanah akibat penyedotan air tanah besar-besaran.
Belum lagi rembesan air laut di kawasan pesisir akibat penyedotan air tanah yang berlebihan, Air tanah dilapisan akuifer yang dipompa akan tergantikan dengan air laut.
Padahal kalau melihat negara tadi misalnya, posisi Jakarta dekat dengan laut yang tentu merupakan sumber bahan baku yang bisa diolah menjadi air tawar.
Mungkinkah pemenuhan kebutuhan air tawar untuk warga dikota-kota besar di pulau jawa dan luar jawa bisa secara merata  dipenuhi oleh negara? sehingga teori dan peraturan yang dibuat oleh pemerintah tidak hanya sekedar peraturan tanpa solusi dan ujung-ujungnya ya karena terdesak pemenuhan kebutuhan air tawar yang sangat mendasar itu  maka pengeboran tanah untuk mencari air tawarlah yang mau tidak mau menjadi solusi untuk bertahan hidup.
Mungkinkah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H