Rasanya tidak percaya, seseorang yang berkaos putih itu tersenyum sambil melambai "dada" dengan tangannya.
Karena tidak yakin, saya tengok ke kanan dan kiri saya, sekitar saya sepi, tidak ada orang.
Dan orang itu tetap tersenyum sambil melambai lembut menatap ke arah saya, sedangkan saya kebingungan, clingak-clinguk, mau dibalas, saya tidak kenal, tidak dibalas nyatanya dikursi itu, ruang tunggu itu saya sendirian.
Setelah kereta Sancaka itu pergi dan tidak terlihat, masih bertanya-tanya dalam hati, "siapa kira-kira orang itu?", Â saya pergi kearah kanan, ketempat didepan toilet, kira-kira tepat posisi gerbong executive 2 KA Wijayakusuma berhenti nantinya.
Disitu saya tidak sendirian lagi, ada tiga orang menemani, satu porter dan dua orang calon penumpang KA Wijayakusuma juga.
Hehe pengalaman malam itu jadi bumbu cerita perjalanan di Stasiun Gubeng Surabaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H