Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Napak Tilas Organik

16 Januari 2020   02:36 Diperbarui: 16 Januari 2020   02:47 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

: Paklik Yustinus Sugiyanto

Siapa yang pernah mengukur
Setiap helai rambut di atas puluhan kalender
Sepanjang jalan timur ke barat ke timur
Sampai pupuk organik menumbuhkan jamur tiram
Di persimpangan malam

Helai demi helai menaut ujung-ujungnya
Memulai risalah dari kampung jawa
Berjalan kaki ke sekolah menjadi
Bangku buku papan tulis meleburkan timah

Satu helai menautkan penggaris ke mesin tik
Helain lainnya menautkan jemari ke cincin emas
Di sanalah garis risalah mengikat helaian

Risalah panjang hanyalah pendeknya serat optik
Menjaring Napak Tilas kampret cebong kadal gurun kodok gurun
Menjejak di Gang Nias menjelang senja mengecup jamur tiram

Biarkan Kota Terhilang Membaca Bukumu di Atas Kakus
Mendengarkan senandung jangkrik serangga malam
Sebab pelosok-pelosok telah terperosok ke kavling-kavling
Orang-orang harus menyambung nafas tanpa mulas
Mendengkur memimpikan banyak surga 

Biarkan secangkir kopi bersaksi keki
Tentang ilmu jiwa pedagogik metode-metode
Dikulum kurikulum dan ujicoba di laboratorium pendidikan
Saban ganti menteri ingkar kaki lupa kepala sendiri
Guru-guru memburu gaji dan sertifikasi berubah gaya hidup

Panjangnya risalah gersangnya pertanian akademik
Pendeknya serat optik suburnya pupuk organik
Para pengukur menabur benih dalam kantung kemih terbalik

Siapa pula yang sengaja mengulur-ulur
Helai demi helai rambut gugur tanpa dicukur

Hanya panggilan hijau yang menghalau parau
Risalah telah berbenang merah mengunci haluan malam

*******
Ruang Pandang, Sri Pemandang Atas, 13-1-2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun