Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Hujan Lebat di Kebun Jati yang Rontok

11 Desember 2019   14:12 Diperbarui: 11 Desember 2019   14:22 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih belum setengah jalan pulang, hujan benar-benar hadir di depan saya seperti berlari. Seketika saya masuk dalam dekapannya. Basah, dan basahlah semua.

Saya segera membuka kaca helm yang gelap, karena hujan yang mengenai kaca justru mengurangi visus saya. Serta-merta hujan mengecup dan menjilati muka saya. Agak perih juga, sih.

Di depan saya lalu-lalang kendaraan kian lambat, bahkan agak tersendat. Lampu-lampu belakang motor menyala merah dalam kurun waktu sesaat. Ya, kemacetan mulai mengunjukkan dirinya di antara keramaian pinggiran kota besar ini.

Tak ayal hujan yang lebat andil dalam kemacetan pada sore itu. Lalu-lalang kendaraan pulang dari tempat kerja di sepanjang jalan akhirnya melambat bahkan terhenti. Di beberapa persimpangan, baik persimpangan jalan umum maupun jalan masuk ke kompleks perumahan, kemacetan terjadi dalam siraman hujan yang lebat.

Beberapa genangan air hingga banjir kecil semakin menambah kemacetan lalu-lintas kendaraan. Saya berada di sana, dan di antara mobil-mobil berukuran besar dengan kotak aluminium besar seakan mengurung saya. Lalu selip sini, selip sana. Basah kuyub menjadi kondisi terkini saya.

Beberapa kali saya terhenti di tengah jalan, di antara padat kendaraan, bisingnya kelakson, dan asap kendaraan besar. Masker tidak mampu membentengi penciuman saya.

Yang paling parah adalah ketika saya terhenti di belakang bak sebuah truk yang mengangkut ayam potong. Meskipun hampir setiap hari mengendus aroma badan Pak Odang yang seperti jarang mandi dan ganti baju, tetap saja saya kewalahan ketika terjebak di belakang truk satu ini.

***

Belum satu minggu saya menikmati dua tempat baru. Tempat tinggal dan tempat bekerja. Suasana serba baru. Tetangga, rekan, pekerjaan, dan situasi baru. Semua saya nikmati sendiri di seberang alias jauh dari keluarga, karena demi perbaikan ekonomi keluarga, kelanjutan profesi, dan perkawanan dengan Sarwan.

Hujan pertama pun baru tadi saya rasakan, bahkan benar-benar membasahi seluruh pakaian saya, meskipun hanya sekitar separuh perjalanan alias tidak menggapai wilayah tempat tinggal saya. Tiba di rumah sekitar pkl. 18.30, saya segera mandi dan mencuci pakaian.

"Bagaimana rasanya tinggal di sini, Ji?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun