Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sebelum Gelap Menerkam Remang

17 Juni 2019   21:48 Diperbarui: 17 Juni 2019   21:50 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum gelap menggilas segenap pandang
Sebelum aku terhalang kelam di hadapanmu
Dunia yang tidak pernah terinjak sebelumnya

Aku tidak ingin mengingatmu
Oh, wahai penganiaya kenyataan
Oh, wahai penabur serpihan pelat besi berkarat

Jejak-jejak darahku memerah cahaya
Memecah langkah merekah luka-luka
Tetesan demi tetesan sepanjang lantai berduri karang

Aku tertatih-tatih menahan putaran jam
Di ruang basa-basi tentang kekerasan perbudakan
Peti mati kapitalisme demokrasi entah apa lagi

Kamu memutar jarum ke angka-angka
Kelam menenggelamkan setiap jejak
Di atas roda berbintang hitam yang patah lingkarannya

Aku terletih-letih merintih diterpa jarum ke angka-angka
Kamu masih terus memutar sambil kini terpingkal-pingkal
Dengan iringan darah juang berulang-ulang

Aku kalah dan terenyah dari lintasan berangka-angka
Terkapar di telapak pagar berduri tanaman rambat
Sebab orang asing selalu memicu cemburumu

Aku telah lumpuh di hadapan gelap mencekam
Darahku habis diisap jari-jari legam logammu
Terkapar tanpa gelepar dan gemetar

Sebelum gelap mengendap-endap ke luka-lukaku
Sebelum semua menerkam melumat ingatan
Hanya kamu yang kini terjerat tersesat di sela sisa rambutku

*******
Kupang, 17 Juni 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun