Aku memilih menjadi batu
Sebutir kerikil beku di bawah langit
Sebongkah saja di atas tanah
Aku memilih menjadi batu beku
Tidak perlu bergerak seperti angin
Tidak perlu berpindah seperti naik ambulans
Cukuplah aku sebutir kerikil
Menggigil di bawah langit lapang
Tidak perlu tersesat dalam sepatu
Cukuplah aku batu saja
Tidak memilih menjadi intan apalagi emas
Semarak kemuliaan hanyalah sengketa
Cukuplah aku sebagai batu
Dari atas tanah meski di pinggir sungai sepi
Bukan dari kepala terjungkal ke ginjal atau saluran kemih
Batu beku menghidupi diri
Pasrah terpenjara takdir
Cerca cuaca menguji bertubi-tubi
Batu beku dipakai tukang bangunan
Ditempatkan paling bawah dari penjuru pandang
Tiada rumah gagah perkasa di atas pasir
Batu beku menopang beban hingga beragam perabotan
Orang-orang mesin-mesin menggetarkan udara
Aku tidak pernah bisa menjadi air dan api
Aku memilih menjadi batu
Sendiri sepanjang musim silih berganti
Beku meski sekelilingku berubah abu
*******
Kupang, 2 Juni 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H