Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rahasia

5 Januari 2019   02:29 Diperbarui: 5 Januari 2019   02:50 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demikianlah ia menyimpan rahasia ke relung sunyi. Tiada gerakan lebih daripada hampa dan angin tidak mengusik dedaun hingga gorden. Benar-benar bagai dalam liang kubur di pinggir kampung dekat rimba jika kau pernah sesekali menghuni.

Rahasia tentang manusia-manusia melepas celana di pematang sawah usai musim tuai. Rahasia tentang manusia-manusia tanpa celana menari-nari lincah sekali dan menyanyi-nyanyi nyaring sekali sambil mengunjuk-unjuk anu. Rahasia-rahasia sama saja begitu-begitu dari masa ke masa dalam pahatan di dinding-dinding relung sunyi.  

Rahasia demi rahasia sebenarnya hasil demi hasil menguras gudang kosong. Rahasia demi rahasia hanya jejak demi jejak menjelajahi permukaan laut bertelut menghadap maut. Namun ia setia bahkan sampai rela memunguti butir-butir daki para peziarah.

Sunyi satu-satunya penghuni di relung satu-satunya. Sunyi satu-satunya pengisi udara. Sunyi satu-satunya pemantul di bidang-bidangnya. Di luar bertameng redam. Bunyi-bunyi terjebak di situ. Tidak berkutik. Tidak mengusik.

Demikian pula ia menatap selimut kabut nan pekat di beberapa jengkal gemingnya. Putih, kelabu, dan hitam bergulat dan bergelut. Bergumpal-gumpal dan bergumul-gumul. Di situ damai dibantai berderai-derai. Di situ damai tidak berdaya. Di situ damai dilucuti dari segala tempelan bermerek-merek dan bermuka-muka.

Di luar sana damai sangat semarak menyelenggarakan pesta pawai dan terurai dalam kurungan kerumunan ramai. Di sana damai hanyalah rekaman dari dongeng-dongeng dan mitos-mitos. Damai digantung-gantung sepanjang langkah mampu menjangkau. Damai menjadi gincu di bibir para peziarah termasuk keriput-kisut . Damai pun tergadai ketika seorang peziarah tergeletak usai menjerat lehernya sendiri di tengah kerumunan lalu seketika ramai menyenandungkan igauan. Seorang lainnya juga tergeletak. Lainnya lagi. lagi, dan lagi. Paduan igauan damai bergaung-gaung berkusut masai seperti enggan berbagi.

Ia tidak menghiraukan desibelitas dan visualitas keramaian berpawai-pawai nun saujana. Di depannya beberapa jengkal membentang jarak pandang satu-satunya. Semacam koridor. Seperti barisan para penjaga sepanjang relung sunyi. Betapa rahasia, baginya, penting disimpan supaya jauh dari jarah mata tangan para peziarah tidak bercelana.

Demikianlah kisah ia menyimpan setiap rahasia di relung sunyi. Kau tidak akan pernah mampu menemukan di mana karena beberapa jengkal telah membangun benteng-bentengnya, dan di mata kau sudah penuh anu unjukan para peziarah.

*******
Balikpapan, 5 Januari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun