Kukuak pintu malam terhampar siang
Kamu melihat dengan tersipu sipu
Dua pasang kaki kecil mendaki biru
Di bawah langit langit diusap angin angin
Lengang menyelinap di sela papan papan
Sejak berlarian di antara presider dan meja
Seorang memulai menarik taplaknya
Seorang lagi memundurkan kursi
Lalu keduanya melangkah dalam sunyi
Di balik pintu malam kusebut namamu
Lihatlah dua pasang kaki kecil berlari lari
Seperti pelanduk pelanduk di padang rumput
Dua pasang kaki mendaki biru
Langit langit bisu angin angin diam
Seorang harus terlebih dulu
Membuka jendela agar kicau segera mengisi sepi
Seorang lagi membuka gorden
Benderanglah siang dengan girangnya
Di balik pintu malam kubisik kamu
Bukankah siang dan malam sekadar waktu
Dua pasang kaki mendaki biru
Seorang menumpu kaki kaki seorang lagi
Di atas awan berlapis lapis warna
Langit langit takjua bisa dijangkau
Angin angin menggetarkan gorden
Hanya kicauan memantul mantul di papan papan
Aku dan kamu berlindung di balik pintu malam
Dua pasang kaki kecil melompati jendela siang
Meski hanya sekali itu tidaklah pada siang kedua
Seakan pelanduk pelanduk tahu jalan pulang
Padang rumput tidak akan pernah berpindah
Di ambang pintu malam kusebut namamu
Kamu telah pergi bersama sunyi semerah jambu
*******
Kupang, 15 Desember 2018