Kulucuti sayap sayap mereka
Setumpuk laron dari jejak hujan malam itu
Kamu menyesap sisa kopi susu terakhir
Jajan pasar tinggal selonjor pisang goreng di piring
Bilangan dan ketikan kembali menggamitmu
Hidup seperti lembar lembar kontrak
Matahari meniti tali jemuran basahku
Nganga ransel membayang senyum ibu
Wajah lugu kampung halaman
Risalah dan silsilah tertera dalam bilik jantung
Aku masih suntuk melucuti sayap sayap laron
Semut merah semut hitam berebut puing puing
Kopi hitamku diam di bibir cangkir sambil menggigil
Sesekali kamu melirik ke jendela
Di luar sana aku berjongkok saja dengan laron laron
Terkadang hidup seakan terlalu sepele
Dari kuak jendela kamu berteriak
Sampai kapan laron laron menjelma menu sarapan
Selonjor pisang goreng jadi santapan angin
Sambil menampi kutiup serpihan sayap sayap mereka
Sayap sayap kosong terbang ke ujung perjalanan
Ada latar lebar berwajah lugu kampung halaman
Dari kuak jendela kamu berteriak lagi
Waktu sarapan sudah melayang
Apa sebenarnya yang tengah kusiapkan
Aku tengah asyik bikin buku kesekian belas
*******
Kupang, 4 Desember 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H