Aku mau mengajakmu duduk santaiÂ
Di beranda dengan secangkir kopi hitam Â
Menyaksikan sempoyongan waktuÂ
Berbaur parau igauan kemarauÂ
Dihantui mendung membawa hujanÂ
Di halaman-halamanÂ
Jalan-jalan terlalu ramai, KawanÂ
Orang-orang berebut matahariÂ
Sebelum ayam berkokokÂ
Setelah ayam pulang lelap di kandang-kandangÂ
Persimpangan-persimpangan lebih ramai
Orang-orang menjaja wajah
Orang-orang menggadaikan kemaluan
Berteriak lantang seakan tiada parau 'kan
Memenggal urat leher yang terjerat tali
Topeng-topeng
Di beranda dengan secangkir kopi hitam
Aku ingin mendengarkan nyanyianmu
Tentang biru rindu membalur wajahmu
Pada musim panen belut katak hijau
Di pematang sawah berlatar ungu gunung itu
Tanpa terjarah hiruk pikuk
Orang-orang berebut matahari
Menjaja wajah menggadaikan kemaluan
Lihatlah mendung berarak-arak, Kawan
Sebentar lagi musim hujan
Sebentar lagi kemarau akan kehabisan suara
Orang-orang bubar dari jalan-jalan
dari persimpangan-persimpangan
Merdumu bisa leluasa berpelukan dengan tabuhan hujan
Di daun-daun di halaman-halaman
Di petak-petak sawah
*******
Kupang, 16/10/2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H