Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sebuah Perahu Tertambat di Pesisir Pelukan

22 April 2018   02:43 Diperbarui: 22 April 2018   03:14 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku tidak mencatat berapa suhu pelukan
Pesisir tidak mengekalkan angka-angka
Buih-buih terus mencumbu pasir-pasir salju
Kota-kota telah melepas pelukannya dari namamu

Aku hanya mengandalkan hangat sentuhan
Setiap pelukan mengendap ingatan
Dan sebuah perahu kamu tambatkan
Di pesisir pelukan

Cukup sebuah perahu kamu tambatkan
Tanpa perlu dayung layar memberi tanda
Tanpa perlu cerobong anjungan linggi lambung
Tanpa jejak-jejak gelombang badai laut dermaga
Aku langsung menyebut jenis perahu itu
Sebelum suhu permukaan dianyun-anyun angin

Kamu terkejut seberapa dalam pahatan
Melampaui pelukan palung Samudra Pasifik

Aku bukanlah seorang nelayan atau nahkoda
Tidak pernah kucatat berapa suhu pelukan
Bahkan pasir-pasir salju berganti-ganti perahu

Aku hanyalah pemeluk kerinduan di seberang
Berenang-renang di antara lalu-lalang perahu kapal
Tinggal menunggu surut permukaan untuk
Menambatkan kerinduan ke tengah pelukan

*******
Pangung Renung -- Balikpapan, 22 April 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun