Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Menyandera Hujan dalam Gelas Tuan

25 Maret 2018   07:36 Diperbarui: 25 Maret 2018   10:47 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tuan paling budiman,
Cuaca ekstrim tidak pernah meleleh
Meliukkan lidah menerabas gigi susu
Bibir hidung pipi jemari belepotan
Mengepot ke mana-mana

Hujan, Tuan
Di luar Talbot Sherman Ishiguro Van Breen Mononobe
Di luar laboratorium Badan Meteorologi dan Geofisika
Di luar lipatan kitab-kitab primbon-primbon
Tidak ada neraca cuaca merinci curah cipratan
Tidak ada rambu-rambu dijagai polisi lalulintas cuaca
Sebab kepala-kepala telah pasrah pada tungku
Melepuh melebur mendidih membubung uap-uap
Menggelembung mendung hingga pecah ketuban

Tuan paling budiman,
Kecepatan cahaya kepayahan mencacah
Curah ciprat hujan mengabai musim
Angin kalang-kabut beringsut ke perut

Tuan hanya punya sebuah gelas
Menyangka hujan kehilangan daya upaya
Menyerahkan diri seutuhnya dalam gelas
Seperti hantu-hantu dijerumuskan dalam botol
Lalu Tuan leluasa menakar setiap tetesnya
Menyangka semua pasti beres

Tuan paling budiman,
Kecepatan cahaya mudah dicacah pakai Einstein
Dalam saringan serat optik sepersekian detik
Tetapi hujan bukanlah cahaya seperti beling
Bermain kuda lumping terguling-guling
Sampai Aristoteles mengidap insomnia kronis

Apakah Tuan tetap mengandalkan gelas
Yakin hujan bisa disandera dan diperhamba
Lalu Tuan kenakan pakaian badut
Seakan hujan memang patut ditertawakan
Dilepas di setiap persimpangan
Di setiap hajatan pesanan kalangan kesepian

Sampai kapan Tuan sanggup mengandalkan gelas
Dalam cecar cerca cuaca kacau memarkir banjir

*******
Panggung Renung -- Balikpapan, 25 Maret 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun