Setiap orang memiliki selera mengenai menu sarapan. Bubur ayam, bubur kacang hijau, nasi goreng, nasi kuning, lontong-opor, roti, singkong goreng, dan lain-lain. Selain tergantung pada kebiasaan di rumah, keseluruhannya sangat tergantung pada ada-tidaknya makanan untuk sarapan, dan seberapa uang yang dimiliki jika 'terpaksa' membeli. Mohon maaf kepada sebagian kalangan yang tidak mampu menyantap sarapan karena kendala ekonomi.
Saya juga memiliki satu menu sarapan andalan. Itu pun jika memang tersedia, atau ada uang untuk membeli bahan-bahannya. Saya menamakannya "roti isi bakwan" atau, supaya agak kebarat-baratan, "bakwan burger". Berbahan roti tawar, bakwan jawa--istilah saya, saus sambal, dan kecap manis.
Menu sarapan ini bermula dari kebiasaan sarapan bermenu roti tawar di rumah. Saya terbiasa mengoles roti tawar seperti zaman old, yaitu mentega dan gula. Tentunya, saya pun pernah makan hamburger kaki lima karena berada di kota tetapi menikmati penganan 'beraroma' Jerman itu pada waktu malam.
Bakwan (bala-bala atau ote-ote) adalah kudapan yang biasa saya santap ketika masih tinggal di Jawa. Bakwan jawa ini  berbeda dengan bakwan bangka karena bakwan bangka tidak digoreng tetapi direbus serta berkuah, dan bahannya pun berbeda. Bakwan jawa, menurut pengalaman lidah saya, lebih lezat ditetesi kecap manis. Atau, ya, dengan sambal kecap, dan lain-lain.
Bakwan burger hanya merupakan kebetulan, dan baru sekitar 1 tahun ini menjadi menu sarapan andalan saya. Kebetulan bosan pada mentega dan gula. Kebetulan paling utama adalah sisa bakwan yang tidak habis pada makan malam, dan sebotol saus sambal. Sementara roti tawar dan kecap sering tersedia, dan pengalaman makan hamburger kali lima dengan sensasi saus sambal yang pedas dan sedikit masam (kecut).
Meski tanpa irisan daging, tomat, dan selada, saya pun mencobanya dengan bakwan. Tidak terlalu susah membuatnya.
1. Roti tawar berukuran sekepal yang dibelah, atau dua lapis roti tawar.
Kalau mau agak repot, bakwan bisa dipanggang terlebih dulu. Berikutnya, setelah menjadi isi roti tawar, roti tawar pun dipanggang. Tentu saja aroma panggangnya akan lebih khas, dan bakwan burger-nya lebih renyah. Itu kalau mau repot.
Saya, sih, tidak mau repot dengan panggang-memanggang. Saya ambil cara termudah. Lantas, ketika satu gigitan dan kunyahan, lidah saya langsung menyambutnya dengan gembira.
Begitulah menu sarapan andalan saya selama hampir 1 tahun ini. Saya pun ketagihan karena benar-benar sesuai dengan selera lidah saya. Tetapi istri dan keluarga saya sama sekali tidak berminat pada bakwan burger bikinan saya, bahkan selalu memandang selera saya dengan tatapan ganjil. Saya, sih, genap alias semakin senang karena saya tidak perlu repot membuatkan bakwan burger untuk mereka.Â
*******
 Panggung Renung -- Balikpapan, 20 Maret 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H