Salah satu bagian yang cukup membosankan, sebenarnya. Saya benar-benar harus teliti ketika membaca setiap artikel, kalimat, dan kata.
Bisa dibayangkan, setiap kata harus saya teliti. Adakah huruf ganda, kurang, atau salah. Cahaya layar monitor komputer pun bisa melelahkan mata, dan mudah memicu kecerobohan.
Membosankan dan ceroboh memang risiko logis bagi saya. Biasanya saya lakukan lebih sehari. Untuk mengantisipasi kebosanan, saya berhenti memeriksa aksara pada bagian tertentu lalu mengalihkan perhatian pada perancangan sampul, meski pada tahap rencana. Dengan bermain warna dan gambar, kebosanan bisa tereliminir.
Setelah kebosanan menyingkir, saya kembali memeriksa aksara pada bagian selanjutnya. Begitu terus-menerus saya lakukan agar bisa mengurangi kesalahan manusiawi itu.
Saya harus yakin bahwa saya menghargai karya saya sendiri sebelum berharap nanti pemesan/pembeli menghargai karya saya. Itulah yang tadi saya singgung, "Dengan kesadaran dan kesabaran pada diri sendiri, saya berusaha keras mendayagunakan (eksploitasi?) diri saya." Saya berusaha selalu tabah menghadapi layar monitor jika sudah berurusan dengan pemeriksaan aksara.
Membuat Ilustrasi Isi
Bagian yang biasa  bagi saya sejak SMA dan kuliah. Sebelum buku ini, saya sudah melakukannya untuk buku saya sebelumnya, semisal Siapa Mengontrol Siapa (2016).
Saya tidak mau menggunakan ilustrasi yang sudah ada di Kompasiana. Saya memiliki selera sendiri, dan selalu berusaha untuk sedikit berbeda dengan apa yang sudah tersedia pada artikel saya di Kompasiana.
Untuk itu saya membuatnya sendiri secara manual atau hitam-putih. Setelah itu barulah saya pindai (scan). Dengan membuat ilustrasi sendiri, saya bisa benar-benar leluasa mengolah-kelola kemampuan saya sendiri. Jelas ada kepuasan tersendiri dong! Â Â
Menata Isi
Saya memiliki format penataan isi secara sederhana. Tidak rumit menggunakan program khusus, semisal pagemaker, seperti yang saya kenal ketika aktif di pers mahasiswa.