Suatu malam saya berkenalan dengan Mando Soriano. Nama Mando semula saya dengar dari Manuel Alberto "Abe" Maia--pembuat film Nokas. Itu pun melalui karya karikaturalnya berupa beberapa tokoh pelopor film nasional di sebidang dinding ruang mungil yang menjadi markas Komunitas Film Kupang (KFK).
Pemuda sederhana berkaca mata ini sejak 18 November menerbitkan sebuah zine yang diberi nama Uma. Uma merupakan media sederhana yang memuat Seni Visual, Sastra, Film, Musik, dan (mungkin) Kupang.
Malam lainnya saya diberinya dua terbitan Uma, edisi #2 (26 November 2017), dan #3 (2 Desember 2017). Saya tertarik pada Uma karena berisi hal tentang Kupang, yang ingin saya ketahui di luar cerita orang-orang.
Sedikit tentang Mando Soriano
Mando Soriano seorang sarjana jebolan Culture Study Universitas Sanata Darma Yogyakarta. Pekerjaannya sekarang sebagai jurnalis di Media Pendidikan Cakrawala NTT. Selain itu, Mando pun sebagai kreator komik strip di Surat Kabar Lidah Ibu, dan ilustrator di Jasa Gambar dan Ilustrasi Trust.
Disamping profesi dan kesehariannya menggambar, Mando juga bergabung dengan KFK pimpinan Manuel Alberto Maia. Sayangnya, saya belum sempat berkunjung ke rumahnya di Kupang.
Â
Sedikit tentang Zine
Zine berasal dari kata "fanzine" atau "fan magazine", yang dipakai untuk membedakannya dari majalah komersial, atau magazine dan fanzine. Magazine, menurut para zineis, berhubungan dengan hal-hal yang negatif seperti komoditi (komersial, konsumerisme, dan kapitalisme), sedangkan fanzine berhubungan dengan hal-hal yang positif seperti informasi.
Sebelumnya orang-orang menuliskan kata "zine" menggunakan apostrophe ('zine) untuk menunjukkan bahwa "fan" telah ditinggalkan, tetapi terus berevolusi menjadi sesuatu yang berbeda dari fanzine, apostrophe-nya dihilangkan. Kini hanya singkat dengan kata "zine".
Pada awal kelahirannya, zine tidaklah berbicara masalah-masalah politik, budaya, ataupun musik, tetapi berbicara soal tema-tema fiksi ilmiah. Zine lahir pertama kalinya di antara para penggemar fiksi ilmiah. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kepandaian di atas rata-rata, namun kemampuan untuk bersosialisasinya di bawah rata-rata. Menemukan dunia fiksi ilmiah sebagai pelarian dari realita yang menolak mereka.