Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Pentingnya Disiplin dalam Menulis

14 Juli 2017   21:22 Diperbarui: 17 Juli 2017   16:46 1341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Seseorang yang memiliki hobi atau kegiatan yang menyenangkan sekaligus membebaskan dirinya untuk mengaktualisasikan kemampuan kemanusiaannya (kreativitas), tidak jarang, itulah yang akan dilakukannya secara terus-menerus (kontinyu), walaupun dengan suatu keterbatasan tertentu, semisal alat atau media. Oleh sebab senang dan bebas, tidak jarang pula, justru menghasilkan sesuatu, minimal keriangan dalam dirinya.

Oh iya, tadi ada kata "terus-menerus". Terus-menerus tidak terlepas dari suatu kedisiplinan. Dalam tulis-menulis juga membutuhkan kedisiplinan itu. Disiplin dalam proses. Disiplin dalam pencarian informasi. Disiplin dalam gagasan. Ujungnya, disiplin dalam produksi (hasil). Oleh sebab tulis-menulis merupakan hobi, semua bentuk kedisiplinan itu seringkali tidak terpikirkan, atau tidak menjadi bebas. Bukankah suatu kesenangan selalu dilakukan tanpa terasa adanya beban?

Hobi dan disiplin dalam waktu bersamaan dan berkelanjutan adalah keniscayaan untuk menghasilkan suatu karya tulis-menulis yang baik. Baik di sini bukan saja tulisan sesuai dengan kaidah tulis-menulis melainkan pula sebuah tulisan yang memiliki suatu dampak tertentu, khususnya bagi pembaca tulisan.

Ketika tulis-menulis merupakan sebuah pilihan hobi, kesadaran terhadap diri sendiri sangat diperlukan. Sadar bahwa dirinya menyukai; sadar bahwa dirinya ingin semakin berkembang; sadar bahwa dirinya suka berlatih; sadar bahwa disiplin pribadi akan membawanya ke suatu tahap yang disebut berhasil (sukses).

Keberhasilan suatu kegiatan tulis-menulis adalah produk (tulisan) itu sendiri. Keberhasilan pada tahap ini sudah cukup bagus. Agar bisa bagus dan semakin bagus, tentu saja, harus tekun berlatih atau berproses. Ketekunan ini, oleh sebab kesadaran atas hobi bahkan dilandasi rasa cinta atas pilihan, niscaya kesuksesan akan diraih pada suatu waktu, dan waktu-waktu lainnya.

Oleh karena hobi yang disadari dan dinikmati sebagai suatu kebebasan, kedisiplinan bukan lagi sesuatu yang kaku, statis, atau monoton, melainkan bagian dari proses itu sendiri. Kedisiplinan untuk berproduksi pun dilakukan dengan semangat riang-gembira.

Dengan riang-gembira, biasanya, berdampak pada kelincahan dan keluwesan bermain kata-kata. Dengan riang-gembira, biasanya juga, gagasan selalu mengalir secara lancar. Bukankah riang-gembira merupakan bagian dari pelaksanaan hobi?

Dan, salah satu wujud pendisiplinan diri sendiri yang juga bisa terukur adalah berupa produksi (karya/tulisan) secara kuantitas. Misalnya, membuat target, satu minggu menghasilkan dua-tiga tulisan. Atau, menyisihkan waktu sekitar satu jam per hari untuk menulis, dan tulisan tidak wajib selesai-sempurna. Tidak perlu memberi tahu khalayak mengenai target itu supaya tidak menjadi bumerang yang tidak diinginkan alias menjadi "gugatan" dari khalayak.

Berikutnya, terserah, topiknya apa, jenisnya (genre) apa, dan berapa karakter atau jumlah halamannya. Tidak perlu juga terlalu ngotot untuk menulis bertabur referensi. Nikmati dan produksi.

Agar proses terasa menyenangkan sesuai dengan hobi, topik tulisan bisa variatif. Topik keseharian tentu lebih mudah. Misalnya tentang kebiasaan membersihkan ruang, menanam bunga, memasak, kuliner, jalan-jalan, tidur di depan televisi, dan seterusnya. Mungkin ada manfaatnya dari kebiasaan itu. Mungkin karena dilandasi cinta maka semua terasa riang.

Pendisiplinan berupa produksi ini, di samping upaya mengasah kemampuan, juga merupakan upaya mengalahkan diri sendiri untuk tetap menghasilkan tulisan. Tentu tidak mudah "mengalahkan diri sendiri" karena hobi yang kurang serius seringkali tergoda oleh faktor "suasana hasrat sesaat" (mood).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun