Pesta demokrasi Indonesia hanya tinggal menunggu waktu saja. Segalanya sedang dipersiapkan untuk 2019. Banyak partai politik yang sudah disahkan menjadi peserta pemilu 2019. Total ada 15 parpol.15 parpol tersebut adalah PKB, Gerindra, PDIP, GOLKAR, NASDEM, GARUDA, BERKARYA, PKS, PERINDO, PPP, PSI, PAN, HANURA, Demokrat, serta PBB yang baru saja diloloskan oleh bawaslu dan memenuhi syarat untuk mengikuti pemilu 2019.
Dari ke-15 partai tersebut ada satu partai yang unik menurut penulis, yaitu PSI(Partai Solidaritas Indonesia). Partai Ini didirikan pada tanggal 16 November 2014, dan diketuai oleh Grace Natalie(35) salah seorang mantan jurnalis dari stasiun TV SCTV, ANTV, TVONE. Partai ini memiliki caranya sendiri untuk mengisi keanggotaannya.Â
Target yang dicari adalah kaum muda, lintas suku, lintas agama, dan perempuan dan usia maksimal dari kader PSI adalah minimal 20 tahun maksimal 45 tahun. Aktivis PSI juga diwajibkan masih murni, mereka yang merupakan bekas pengurus harian partai lama tidak diizinkan bergabung.
Partai ini juga menekankan, dunia politik Indonesia membutuhkan darah segar anak muda yang kreatif, serta perlunya mendengar aspirasi dari perempuan. Terbukti dari 70% pengurus PSI pusat adalah perempuan dibawah 45 tahun. Banyak juga pekerja seni, public figur, dan jurnalis yang bergabung di partai ini.Â
Salah satunya ketua umum PSI Grace Natalie, diikuti dengan nama-nama seperti Isyana Bagoes Oka yang dulu adalah seorang jurnalis dan presenter di stasiun televisi; TransTV; Trans7; dan RCTI, Nova Rini reporter dan presenter di SCTV, Giring Ganesha atau lebih dikenal dengan Giring Nidji, serta perempuan dengan paras cantik seperti Tsamara Amany, Haryanto Arbi atlet bulu tangkis tunggal putra yang bermain di era 1990, hingga seorang designer sepatu ternama Niluh Djelantik.
Menurut penulis sendiri partai-partai yang berisikan anak muda adalah sebuah hal yang baru dan bagus, karena perwakilan di Publik dalam dunia politik dari sisi anak-anak mudan dan perempuan selama ini memang masih belum ada sebelum PSI didirikan. Tetapi anak-anak muda sendiri menurut penulis(termasuk penulis sendiri) memiliki kekurangan dan kelebihan.
Kelebihan:
1. Energik(positif)
Hal ini terlihat dari wawancara-wawancara yang dilakukan media kepada ketua umum PSI Grace Natalie, yang menggebu-gebu dan bersemangat. Lain hal nya ketika kita melihat politisi-politisi senior yang berbicara di depan kamera dan publik, energi yang terpancar masih berapi-api. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di linkini, dan pembaca sendiri bisa membandingkan dengan politisi lainnya saat diwawancarai oleh media di link ini.
2. Kreatif
Anak-anak muda saat ini (rentang usia 19-38 tahun) lebih mudah dan lebih cepat untuk menerima sesuatu hal yang baru, termasuk mempelajari hal-hal yang baru seperti mempelajari suatu aplikasi yang baru di rilis di ponsel atau perangkat lain. Karena mudah menerima dan lebih cepat mempelajari sesuatu, hal tersebut yang menjadikan anak-anak muda tersebut terpacu dan lebih mudah mendapatkan inspirasi untuk menemukan lagi sesuatu yang baru diluar hal yang sebelumnya telah dia dapat.Â
Termasuk salah satu contohnya dalam membuat sebuah kampanye politik yang lebih kreatif yang mengandung nilai-nilai positif tertentu yang ada di masyarakat. untuk lebih jelasnya pembaca bisa melihat contoh kampanye PSI di link yang saya cantumkanini.
Video tersebut banyak berisi tentang latar belakang budaya dalam partai politik yang lama, melihat hal-hal tersebut sebagai kelemahan, video tersebut menjadikan hal tersebut sebagai senjata yang bagus untuk menyentuh nilai-nilai yang ada di masyarakat, seperti kesetaraan gender, pluralisme, dan solidaritas bersama.
Kekurangan
1. Energik (negatif)
Karena saking berenergiknya anak muda, ada saja yang melewati batas-batas yang sudah ditentukan, misalnya ketua BEM(Badan Eksekutif Mahasiswa) UI yang mengacungkan kartu kuning kepada presiden Jokowi, terkait pemasalahan busung lapar yang ada di papua. Hal tersebut menurut penulis kurang pantas untuk dilakukan, karena seperti mencari-cari kesalahan seseorang yang secara fakta bekerja sungguh-sungguh untuk negara.Â
Tetapi setelah hal tersebut viral di media hingga hari ini 6 Maret 2018, penulis belum membaca dan mendapatkan berita bahwa mereka sudah pergi dan take action untuk pergi ke Papua. Pembaca dapat menilai sendiri kejadian tersebut.
Lain halnya dengan PSI, dalam pidatonya di forum diskusi ILC(Indonesia Lawyers Club), Tsamara Amany mengungkapkan bahwa pihak-pihak yang berwajib "harus" melaksanakan tugasnya lebih baik lagi (bisa dibuka di link ini). Kata "harus" yang sering dia sebutkan dimulai pada menit 1.35 tersebut menjadikan saya sebagai penonton facepalm.
Karena apa yang dia katakan harus tersebut lebih kepada mengemis dan memerintah pihak-pihak lain, bukannya tomar accindan melihat langsung keadaan lapangan, salah satu contoh kecilnya PSI bisa mengirimkan kadernya untuk mengunjungi salah satu tempat kejadian untuk mengucapkan "belasungkawa" langsung di depan dan di tempat kejadian.
2. Mendahulukan kepentingan pribadi dan kelompok
Berdasarkan pengalaman penulis dan lingkungan sekitar penulis, yang penulis perhatikan adalah masih banyak anak-anak muda lebih concern,terhadap kepentingan pribadi dan kelompok yang menaungi mereka. kepentingan pribadi ini bisa kita lihat dari masalah percintaan anak muda. Misalnya seorang anak muda usia perkuliahan rela menjemput pasangan wanitanya setiap hari mengantar jemput pasangan wanitanya.Â
Anak lelaki tersebut kurang memperhatikan dari mana uang bensin tersebut berasal, jika pemuda tersebut bekerja mendapatkan uang dan uang tersebut digunakan untuk berpacaran, hal tersebut patut diacungi jempol, jika masih dari orang tua? Pembaca bisa menilai sendiri.
Dalam kasus anak-anak muda PSI, berdasarkan kasus video diatas, kenapa menurut penulis anak-anak muda PSI masih mendahulukan kepentingan pribadi dan kelompok? Karena partai yang masih seumur jagung ini sedang memasuki tahap Branding, untuk mendapatkan citra yang dianggap baik di mata masyarakat. Tetapi ada baiknya jika Branding tersebut dilakukan seperti saran penulis seperti di poin nomor 1 diatas. Saran tersebut juga bukan berarti penulis akan mau ikut terjun ke dalam dunia politik.
3. Ketekunan yang mahal
Hal ini tidak hanya mahal untuk anak muda, tetapi kata ketekunan juga mahal untuk orang Indonesia. kita bisa melihat sendiri dari kehidupan sehari-hari, untuk menekuni sesuatu seperti hobi sangat sulit bagi kita untuk menjadikan diri kita sebagai expert dibidang hobi kita, karena yang penulis lihat dan perhatikan sendiri bahwa niat untuk menjalankan sesuatu secara berulang-ulang setiap hari adalah hal yang mahal di masyarakat Indonesia. tetapi jika semua orang tekun dalam menjalankan hobi dan menjadi expert,persaingan akan semakin ketat dalam bidang ketekunan, maka
Poin ke-4 ini memang tidak ada hubungannya dengan PSI dan politik, tetapi ada baiknya perlu kita mendorong anak-anak muda(termasuk saya sendiri) untuk terus persistent, terhadap sesuatu yang sedang digeluti. Semoga saja kader-kader pilihan PSI diisi oleh anak-anak muda yang memiliki jiwa ketekunan yang gigih agar bisa bertahan mengurus partai tersebut hingga kepengurusan selesai.
Melihat banyaknya anak muda, perempuan dan public figure yang bergabung menjadi kader PSI, menurut penulis hal tersebut menjadi sebuah hal yang baik, karena perwakilan di publik dalam dunia politik dari sisi anak-anak muda dan perempuan selama ini memang masih belum ada sebelum PSI. Â
Akhir kata, penulis yang tergolong juga masih anak muda ini meminta maaf jika hanya bisa berkata dari tulisan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H