Lawan Lupa Stunting
Oleh: August Munar
Berdasarkan data WHO, suatu negara dikatakan mengalami masalah stunting bila jumlah kasusnya berada di atas 20%. Sementara itu, berdasarkan data tahun 2018, jumlah kasus stunting di Indonesia adalah sebanyak 30,8%, atau tiga dari sepuluh anak Indonesia. Oleh karena itu, stunting masih menjadi masalah yang harus segera ditangani.
Stunting (kekerdilan) pada anak dapat dicegah jika orang tua mengambil langkah-langkah penting dalam dua tahun pertama kehidupan seorang anak. Jika anak tidak mendapatkan makanan dan perawatan yang tepat selama waktu khusus itu, akan memberikan efek berbahaya kepada anak. Data Kementerian Kesehatan tahun 2018 menyebutkan, hampir setengah dari kematian anak di seluruh Indonesia mencapai 7,8 juta dari 23 juta balita.
Stunting adalah gangguan pertumbuhan kronis pada anak akibat kekurangan nutrisi dalam waktu lama. Anak dalam kondisi stunting umumnya bertubuh lebih pendek dibanding anak seusianya. Seorang anak yang bertahan dengan kondisi ini, cenderung memiliki kemampuan belajar yang rendah dan lebih rentan terhadap penyakit.
Selaras dengan komitmen pemerintah menekan angka stunting di Indonesia, peringatan Hari Gizi Nasional kali ini pun mengangkat tema "Protein Hewani Cegah Stunting". Maksudnya adalah seruan kepada masyarakat untuk mencegah stunting.
Untuk diketahui, stunting merupakan gangguan pertumbuhan atau perkembangan pada anak.
Stunting pada anak sangatlah berbahaya jika dibiarkan begitu saja karena akan merusak masa depan bangsa.
Kenali Cirinya
Angka stunting masih cukup tinggi di Indonesia. Yuk cegah bayi stunting dengan mengenali ciri-cirinya. Berikut penjelasannya untuk diketahui:
Kenali Gejala Stunting pada Bayi Baru Lahir
Gejala stunting pada bayi biasanya sudah bisa terlihat sejak di dalam kandungan. Antara lain, berat badan janin di bawah standar sesuai usia kehamilan serta tinggi fundus (jarak dari puncak tulang panggul hingga bagian atas perut ibu) tidak normal.
Pada bayi, berikut beberapa gejala stunting yang bisa diperhatikan.