Mari Berkaca kawan – kawan.
Ironis!!! Upacara bendera yang hanya dilaksanakan hari senin saja sekarang sudah jarang. Padahal bendera adalah salah satu lambang kebesaran dan kedaulatan negara. Dimana rasa nasionalisme dan patriotisme sekarang?. Upacara pengibaran bendera adalah wujud rasa bangga dan hormat terhadap lambang kedaulatan negara. Malah lebih aneh lagi, ada yang mengatakan hormat bendera itu syirik. Ucapan yang tidak memiliki landasan yang kuat. Untuk hormat bendera kita harus bisa melihat esensi dari bendera tersebut, bukan hanya berdasarkan hal-hal yang terlihat dalam cerminan kehidupan masyarakat diluar negara. Setiap negara punyan adat ataupun kebiasaan sendiri yang tidak bisa disamakan atau bahkan diterapkan begiru saja di Indonesia. Kita punya kedaulatan sendiri. Kita negara hukum. ada hukum yang mengatur setiap hal yang dilakukan rakyatnya. Bukankah hal seperti ini justru mengikis rasa nasionalisme dan patriotisme. Mau jadi apa bangsa ini kalau rakyatnya tidak mau menghormati kedaulatan negaranya?. Hormat bendera saja susah, bagaimana menghormati pahlawan yang rela mati demi mengibarkan bendera? Hal nyata yang bisa kita lihat sampai sekarang adalah kehidupan pejuang veteran yang masih hidup jauh dari kata layak. Mereka sudah lanjut usia tapi masih harus kerja banting tulang demi sesuap nasi. Siapa yang peduli? Tidak akan ada kecuali kita mau mengulurkan tangan memberikan bantuan.
Tidak hanya itu, rasa hormat terhadap pemimpin/pemerintah dan para pahlawan saja entah sekarang masih ada atau tidak. Banyak spanduk yang dibawa saat demo bertuliskan “Turunkan SBY”, siapa SBY? SBY itu presiden. Presiden yang selama dua dekade berusaha mensejahterakan rakyat. Tapi apa yang sebagian oknum tak bertanggungjawab itu lakukan? Demo dengan menghujat dan mengutuk pemerintah bahkan presiden.
Mengatur hajat hidup orang banyak itu bukan hal gampang. Tidak semudah teriak turunkan harga BBM, naikkan gaji. Kalau tidak ada presiden dan segenap punggawanya, siapa yang memikirkan nasib rakyat. Tidak akan pernah ada. Jangan hanya bisa mendiskriminasikan pemeintah, tapi ayo usaha membantu pemerintah memperbaiki ekonomi dan keadaan masyarakat yang amburadul ini. Kerjasama yang baik untuk sama-sama bangun dari keterpurukan.
Maka dari itu Kita generasi muda harus bisa mewarisi, melanjutkan, dan mengamalkan tradisi serta nilai-nilai perjuangan para pendahulu untuk terus bekerja keras mengisi kemerdekaan Indonesia. Itulah komitmen dan karya yang bisa kita pergunakan untuk mempertebal rasa nasionalisme dan patriotisme. Menghargai para pemimpin dan kepala Negara juga merupakan bukti nyata penghormatan kepada para pahlawan. Jika kita sudah bisa menghargai para pemimpin, sudah pasti rasa nasionalisme kebangsaan akan semakin meningkatkan. Seluruh masyarakat tidak lagi memandang pemerintah dengan sebelah mata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H