Mohon tunggu...
Agus Buchori
Agus Buchori Mohon Tunggu... Administrasi - Arsiparis

saya seorang guru biasa di sma swasta dan juga pns di Dinas Kearsipan Kabupaten Lamongan. saya menyukai dunia tulis menulis. itu saja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bagai Juliet dalam Balkon

19 November 2019   17:32 Diperbarui: 19 November 2019   17:37 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku sedikit salah tingkah saat itu tapi aku menyukai cara dia membelai rambutku. Mungkin ia menganggap aku adalah anak kemarin sore yang masih perlu dimanja.

Sejak itu aku makin sering berkunjung ke rumahnya untuk sekedar ngobrol tentang buku buku yang telah selesai kita baca. Tak jarang kita saling adu argumen dengan keras dan masing masing tak mau kalah. Herannya aku padanya ialah dalam berdebat ia jarang terlihat tegang atau marah marah meski aku menyerang dengan bertubi tubi.

Pernah suatu ketika kau bertanya padanya perihal penampilannya yang selalu awut awutan tidak karuan. Aku agak jengkel juga setiap jalan bareng dengannya karena seringkali menjadi pusat perhatian karena aku yang berdandan ramai tak karuan sedangkan ia menyisir rambut pun tidak.

"Jangan selalu memandang orang dari penampilannya," itulah jawaban singkatnya. Ia pun melanjutkan menjelaskan padaku, "Dalam berkomunikasi, asal kau tahu,  semua orang bisa merasakan apa yang ada di hati lawan bicaranya. Itu adalah kodrat kita sebagai sesama manusia. Seringkali kita terkecoh oleh penampakan indera kita dan jarang menggunakan hati dalam berkomunikasi."

Mendengar ucapan ucapannya aku makin lam makin menaruh simpati padanya. Seringkali aku terbangun saat tidur hanya karena bermimpi sedang   berdua dengannya. Mungkin ini yang dikatakan rindu? aku tak tahu.

Saat itu ia member aku sebuah buku tentang drama drama Shakespeare. Romeo and Juliet, judul yang nampaknya tidak asing bagiku. Namun, dalam buku itu semua kata kata rayuan yang diucapkan oleh romeo ia beri garis bawah dengan warna merah. Terutama saat Romeo sedang menyatakan cinta.

Saat membaca kalimat kalimat itu aku merasa seolah Oni sedang berperan sebagai Romeo. Jika ada kalimat yang membuat dadaku berdesir aku pun mengulanginya kembali.

"Bacalah buku ini dan fokuslah pada kalimat kalimat yang aku tandai!" perintahnya padaku saat memberikan buku Romeo and Juliet.  Buku berbahasa inggris itu terlihat dekil dan lecek. Sampulnya terlihat jelas leceknya pertanda ia seringkali dibacanya.

"Aku akan pergi, tapi aku akan kembali tergantung jawabanmu di akhir buku ini setelah  kamu selesai  membacanya," itulah pesan terakhirnya.

Berhari hari aku khusuk dengan buku pemberiannya. Halaman demi halaman telah membawaku ke akhir bagian. Di akhir bagian ada kotak kosong yang berisi tulisan "Tolong jawab setiap rayuan Romeo di buku ini. Anggap saja aku yang berbicara............"

Aku kebingungan setelah membaca pesan dalam kotak tersebut. Aku panik dengan cara ia menyatakan cintanya padaku. Dia yang selalu kubenci penampilannya telah membuatku bingung dan panik. Aku tak tahu harus menulis apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun