Artinya:
"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati ketika tidurnya; maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir." (Q.S Az-Zumar [39] : 42).
Dengan Nafs itulah seseorang bisa berbolak-balik dan bernafas ketika tidur, jika ia digerakkan maka Nafs itu dengan secepatnya kembali kepadanya ketika bangun dari tidur. Jika Allah menghendaki untuk mematikannya dalam keadaan tidur, maka Allah menahan Nafs yang keluar itu. Untuk hal ini dikuatkan oleh sebuah hadits yang bersumber dari Riwayat Sunan Abu Dawud, Imam Tarmidzi dan Imam An Nasa'i juga Ibnu Majah sebagai berikut:
"Pena itu telah diangkat (tidak digunakan untuk mencatat) dari tiga golongan: Anak kecil sehingga ia baligh, orang gila sehingga ia sadar dan orang yang tidur sehingga ia bangun". (2)
Allah menceritakan perihal diri-Nya bahwa Dialah Yang mengatur seluruh alam wujud ini menurut apa yang dikehendaki-Nya, dan bahwa Dialah yang mematikan manusia dengan menugaskan para malaikat pencabut nyawa untuk mencabut roh mereka dari tubuhnya. Mengenai hal ini pendapat Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Allah menahan jiwa orang yang telah mati dan melepaskan jiwa orang yang hidup.
C. Apakah Roh dan Nafs itu Sama .?!
Ada dua pendapat dalam hal ini yaitu:
Pendapat pertama dari kalangan ahli hadits, ahli fiqih dan ahli tasawuf yang mengatakan bahwa: "Roh itu bukanlah Nafs". Sementara itu pendapat kedua dari kalangan ahlul atsar berpendapat bahwa: "Roh bukanlah Nafs dan Nafs bukanlah Roh".
Seperti uraian diatas bahwa apabila ada yang menanyakan mengenai persoalan Ruh, akan hal ini jawabannya adalah menjadi urusan Tuhan (min amri Rabbi). Sebagaimana yang tertuang dalam QS. Al Isra 17:85. Diperkuat lagi dengan keterbatasan akal manusia ataupun ilmu pengetahuan manusia yang sangat terbatas (minim). Sehingga menjadi pembeda antara Allah sebagai Pencipta (Khalik) dengan manusia sebagai yang dicipta (makhluk).
Konteks ayat di QS. 17:85 jelas menunjukkan bahwa ayat ini diturunkan ketika orang- orang Yahudi menanyakan kepada Rasul Allah Nabi Muhammad saw. tentang roh. Hadits yang bersumber dari Ibnu Jarir yang telah meriwayatkan dari Muhammad Ibnul Musanna, dari Abdul A'la, dari Daud, dari Ikrimah yang mengatakan bahwa Ahli Kitab pernah bertanya kepada Nabiﷺ tentang Ruh, maka Allah menurunkan firman- Nya: "Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. (QS. Al- Isra, [17:85]), hingga akhir ayat. Lalu mereka mengatakan,
"Kamu menduga bahwa tidaklah kami diberi pengetahuan kecuali sedikit, padahal kami telah diberi kitab Taurat, dan kitab Taurat itu adalah hikmah."
Mereka bermaksud seperti apa yang disebutkan oleh firman- Nya: "Dan barang siapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak". (QS. Al- Baqarah, [2:269]). Maka Allah menurunkan firman- Nya:
"Dan seandainya pohon- pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta) , ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi). " (QS. Luqman, [31:27]), hingga akhir ayat. Selanjutnya Ikrimah mengatakan bahwa pengetahuan yang telah diberikan kepada kalian yang membuat kalian diselamatkan oleh Allah dari neraka berkat pengetahuan itu. Maka hal itu adalah merupakan pemberian yang banyak lagi baik, tetapi hal itu menurut pengetahuan Allah dianggap sedikit. (3).