Mohon tunggu...
Taufiq Hidayat
Taufiq Hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

anak kemarin sore dalam dunia tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Nature

Menolak Bersahabat dengan Alam?

29 Februari 2020   09:50 Diperbarui: 29 Februari 2020   09:52 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Realitas alam Garut yang terjadi hari ini begitu miris, ketika terjadi eksploitasi tambang dan penandasan lahan-lahan demi suatu proyek industri, yang terjadi di kecamatan Leles dan menuju perbatasan Garut-Bandung. 

Secara eksplisit, Garut sudah menandaskan beberapa ekosistem  yang ada. apakah Garut kekurangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah?? Sampai-sampai melepas tanah miliknya atau suatu upaya untuk mewujudkan Garut sebagai sebuah kota??.  Ini merupakan jawaban dari kalimat pertanyaan diatas bahwa manusia yang telah menolak bersahabat dengan alam. Dewasa ini, manusia sedang mengalami tragedy dekadensi moral atas realitas alamnya. 

Manusia hari ini sedang mengalami kekeliruan dalam berpikir yang menyebabkan kedangkalan intelektualitas. Rujukan berpikir manusia tidak dilandasi keimanan dan ketaqwaan dan tidak dibumbui pendekatan teologis yang menyebabkan banyak melakukan kerusakan alam.

Dalam tradisi islam, Tuhan menurunkan dua kitab suci, pertama adalah kitab suci yang berbentuk ucapan (qauliyah) yang termanifestasikan dalam Al-Quran, kedua adalah kitab suci yang berbentuk perbuatan (kauniyah), yakni alam semesta sebagai tanda kebesaran Tuhan, atau tanda bahwa Tuhan berbuat. 

Dua ayat ini sama-sama suci dan sacral, oleh karna itu kesuciannya harus senantiasa dijaga dan dilestarikan. Islam mempersepsi alam dengan utuh dan memperlakukannya dengan ramah. Islam tidak hanya memandang alam sebagai realitas fisik saja, namun lebih dari itu alam memiliki dimensi spiritual yang menyebabkan dirinya memiliki kehidupan. 

Dalam sebuah syair yang ditulis oleh Abu Nawas, dengan sangat jelas menyatakan bahwa alam adalah tanda keesaan, kebesaran dan keberadaan Tuhan. Seringkali Tuhan menyinggung makhluknya melalui ayat-ayat qauliyah, bahwa didalam penciptaan langit dan bumi terdapat tanda-tanda kebesaran Tuhan, bagi manusia yang senantiasa berpikir. 

Penulis menantang pembaca untuk berpikir subyektif-kritis dan mulai masuk dalam tataran pergaulan elite. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun