Mohon tunggu...
Agus Salim Irsyadullah
Agus Salim Irsyadullah Mohon Tunggu... Freelancer - Lahir di Batang

Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Virus Corona, dari Politisasi hingga Ancaman Hipokondriasis

10 Februari 2020   06:13 Diperbarui: 10 Februari 2020   06:31 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dunia internasional kembali berduka setelah Januari lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi menetapkan virus korona sebagai ancaman baru kematian umat manusia. Hal itu tak lepas dari banyaknya korban berjatuhan akibat virus yang berasal dari kota Wuhan, China.

Mengutip dari laporan media nasional China Global Television Network (CGTN) dan AFP per 5 Februari 2020, data terbaru Komisi Kesehatan Nasional China menyebut 490 orang meninggal akibat virus corona di wilayah China daratan. Jumlah korban tewas tersebut bertambah setelah ada laporan 65 kematian baru di Provinsi Hubei, pusat wabah ini.

Namun, yang perlu menjadi perhatian serius adalah bagaimana sikap masyarakat terhadap penyakit jenis ini. Di saat mereka sibuk mencari obat penyembuh, ruang publik kita justru digegerkan dengan sebagian kelompok yang mempolitisasi kasus virus korona secara membabi buta.

Sebagian sumber menyebut adanya keterlibatan Amerika di dalam virus Corona. Negara Paman Sam tersebut dinilai sebagian pengamat dengan sengaja melakukan sabotase dan rekayasa biologis. Bahkan, China menyebut Amerika sebagai dalang dibalik penyebab kepanikan atas virus ini. Akan tetapi, hal ini masih bersifat hipotesa dan belum terbukti kebenarannya.

Bentuk politisasi yang lain adalah merembetnya persoalan ini ke dalam ranah agama. Ya, persoalan virus Corona yang seharusnya menjadi masalah kemanusiaan, justru menjadi bahan nyinyiran kelompok tak berkepentingan.

Misalnya saja pada akun Twitter @mas__piyuuu yang membangkitkan sentimen SARA melalui artikel Portal-islam.id. Mereka memicu rasisme terhadap etnis China dengan memanfaatkan isu muslim Uighur. Hal serupa juga disebarkan akun Twitter @Dennysiregar7. Menurutnya virus Corona di China merupakan azab Tuhan sebab China menganiaya muslim Uighur. (Tirto.id)

Bukan hanya itu saja, ada sebuah narasi lain yang mengungkapkan bahwa para Kiai dan Ulama Indonesia, jauh sebelumnya sudah memprediksikan terjadinya virus Corona telah disebutkan dalam sebuah Kitab Ngaji Iqro'.

Seperti dilansir dari cnnindonesia.com, ternyata prediksi virus Corona yang terdapat di buku Iqro dan diciptakan pada zaman yang penuh kebohongan adalah salah kaprah.

Bahkan, sekelas istri penyanyi Opick pun turut menjadi bulan-bulanan netizen lantaran menyebarkan informasi yang belum diuji kebenarannya. Ini terkait dengan virus Corona yang diunggahnya disebut berasal dari buku Iqra.

Memang kata 'qo-ro-na' terdapat dalam buku Iqro jilid 1 halaman 28. Namun, kata 'qo-ro-na' pada buku Iqro tersebut tak memiliki hubungan sama sekali dengan virus Corona, yang mewabah di Wuhan, Provinsi Hubei, China.

Sebagai informasi, secara harfiah, 'qo-ro-na' sendiri dalam kamus bahasa arab mempunyai makna membarengi, abad, memasangkan, dan mencocokkan. Sedangkan kadzaba (bohong), kholaqo (menciptakan), dan zamana merupakan kata kerja tanpa ada kata benda atau kata sambung. Sehingga, bila dirangkai akan melahirkan makna "membarengi zaman kebohongan". Namun, hal itu tidak bisa memiliki makna yang sempurna sebab, tidak tersusun dalam satu kalimat utuh.

Pengaruh pasar global

Terlepas dari dugaan keterlibatan Amerika atas virus corona, nyatanya, virus yang kini menjadi perbincangan hangat dunia tersebut, turut menggoyahkkan sinyal pasar dunia.

Ya, perekonomian global mengalami keruntuhan. Sejumlah saham berjatuhan, pariwisata tersendat, dan industri manufaktur bakal tertekan. Bahkan, cepat atau lambat, dampak serangan virus korona jenis baru ini akan berimbas pada relasi dagang, bisnis, dan investasi global.

Dalam artikel yang dimuat New York Times dengan judul How China's Virus Outbreak Could Threaten the Global Economy medio Januari lalu, telah dipaparkan bagaimana kemudian China sebagai salah satu poros pasar keuangan dunia, jatuh. Maka, tidak heran jika hal tersebut diindikasikan sebagai sinyal ketakutan akan krisis ekonomi global.

Jika menelisik beberapa tahun ke belakang, sebenarnya pasar finansial pun sudah mengalami hal serupa kala menghadapi bencana kematian massal serupa di China. Akan tetapi, bencana kali ini diprediksi akan lebih besar. Mengingat, dalam waktu kurun dua pekan saja, jumlah pengidap Corona telah melampaui dari jumlah pengidap virus SARS pada 2003 silam.

Ancaman Hipokondriasis

Merebaknya virus Corona yang semakin meluas, tidak hanya berdampak pada sisi ekonomi. Tetapi, berpotensi juga memberikan dampak psikologis atau jika dalam dunia Psikologis dikenal dengan sebutan Hipokondriasis.

Ya, Hipokondriasis adalah suatu bentuk keterpakuan pada ketakutan untuk menderita atau keyakinan bahwa orang tersebut memiliki penyakit medis yang serius, meksi tidak ada dasar medis untuk keluhan yang ditemukan.

Ditambah lagi, banyaknya korban yang berjatuhan akibat virus Corona telah menimbulkan stigma negatif pada masyarakat luas. Seolah-olah ada keyakinan bahwa dirinya memang memiliki penyakit serius padahal, dalam kenyataannya tidak terjadi apa-apa. Hanya ilusi semata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun