Dunia internasional kembali berduka setelah Januari lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi menetapkan virus korona sebagai ancaman baru kematian umat manusia. Hal itu tak lepas dari banyaknya korban berjatuhan akibat virus yang berasal dari kota Wuhan, China.
Mengutip dari laporan media nasional China Global Television Network (CGTN) dan AFP per 5 Februari 2020, data terbaru Komisi Kesehatan Nasional China menyebut 490 orang meninggal akibat virus corona di wilayah China daratan. Jumlah korban tewas tersebut bertambah setelah ada laporan 65 kematian baru di Provinsi Hubei, pusat wabah ini.
Namun, yang perlu menjadi perhatian serius adalah bagaimana sikap masyarakat terhadap penyakit jenis ini. Di saat mereka sibuk mencari obat penyembuh, ruang publik kita justru digegerkan dengan sebagian kelompok yang mempolitisasi kasus virus korona secara membabi buta.
Sebagian sumber menyebut adanya keterlibatan Amerika di dalam virus Corona. Negara Paman Sam tersebut dinilai sebagian pengamat dengan sengaja melakukan sabotase dan rekayasa biologis. Bahkan, China menyebut Amerika sebagai dalang dibalik penyebab kepanikan atas virus ini. Akan tetapi, hal ini masih bersifat hipotesa dan belum terbukti kebenarannya.
Bentuk politisasi yang lain adalah merembetnya persoalan ini ke dalam ranah agama. Ya, persoalan virus Corona yang seharusnya menjadi masalah kemanusiaan, justru menjadi bahan nyinyiran kelompok tak berkepentingan.
Misalnya saja pada akun Twitter @mas__piyuuu yang membangkitkan sentimen SARA melalui artikel Portal-islam.id. Mereka memicu rasisme terhadap etnis China dengan memanfaatkan isu muslim Uighur. Hal serupa juga disebarkan akun Twitter @Dennysiregar7. Menurutnya virus Corona di China merupakan azab Tuhan sebab China menganiaya muslim Uighur. (Tirto.id)
Bukan hanya itu saja, ada sebuah narasi lain yang mengungkapkan bahwa para Kiai dan Ulama Indonesia, jauh sebelumnya sudah memprediksikan terjadinya virus Corona telah disebutkan dalam sebuah Kitab Ngaji Iqro'.
Seperti dilansir dari cnnindonesia.com, ternyata prediksi virus Corona yang terdapat di buku Iqro dan diciptakan pada zaman yang penuh kebohongan adalah salah kaprah.
Bahkan, sekelas istri penyanyi Opick pun turut menjadi bulan-bulanan netizen lantaran menyebarkan informasi yang belum diuji kebenarannya. Ini terkait dengan virus Corona yang diunggahnya disebut berasal dari buku Iqra.
Memang kata 'qo-ro-na' terdapat dalam buku Iqro jilid 1 halaman 28. Namun, kata 'qo-ro-na' pada buku Iqro tersebut tak memiliki hubungan sama sekali dengan virus Corona, yang mewabah di Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Sebagai informasi, secara harfiah, 'qo-ro-na' sendiri dalam kamus bahasa arab mempunyai makna membarengi, abad, memasangkan, dan mencocokkan. Sedangkan kadzaba (bohong), kholaqo (menciptakan), dan zamana merupakan kata kerja tanpa ada kata benda atau kata sambung. Sehingga, bila dirangkai akan melahirkan makna "membarengi zaman kebohongan". Namun, hal itu tidak bisa memiliki makna yang sempurna sebab, tidak tersusun dalam satu kalimat utuh.