Mohon tunggu...
Agus Salim Irsyadullah
Agus Salim Irsyadullah Mohon Tunggu... Freelancer - Lahir di Batang

Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menguatkan Kembali Akar Pendidikan Karakter Anak

8 November 2019   17:24 Diperbarui: 8 November 2019   17:31 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akan tetapi, tidak mudah bagi seorang pengajar untuk memberikan pendidikan karakter terhadap siswanya. Bukan tanpa alasan, nalar mereka masih dalam taraf pembelajaran sehingga, seorang pengajar harus bekerja ekstra keras untuk memoles karakter siswanya. Hal ini tentu akan berdampak positif ketika mereka sudah meninggalkan bangku sekolah dasar dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Tanggungjawab bersama

Persoalan terkait pendidikan karakter tidak bisa jika hanya mengandalkan satu pihak saja. Harus ada kerja sama seluruh elemen untuk bisa membentuk kepribadian seorang anak. Ki Hajar Dewantara sendiri mengklasifikasikan 3 pilar pendidikan anak, yaitu keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Di ketiga tempat itulah karakter anak dibangun.

Berdasarkan teori Tabularasa, anak yang baru lahir itu ibarat kertas putih yang bisa diwarnai apa saja. Ayat Alquran pun menjelaskan bahwa anak yang baru lahir, akan menjadi Islam, Nasrani, Majusi, atau Yahudi tergantung pendidikan yang akan diberikan.

Ketiga komponen inilah yang akan membangun karakter anak. Karakter anak juga akan terbentuk oleh komponen yang paling dominan. Jika pendidikan di dalam keluarga begitu dominan terbentuk dalam karakter anak, maka pengaruh lingkungan dan lembaga pendidikan kurang memberikan efek yang besar. Begitu juga bila pengaruh lingkungan yang kuat, maka pendidikan dari keluarga dan lembaga pendidikan akan sedikit saja pengaruhnya.

Jadi, tidak ada lagi alasan untuk memvonis karakter anak berdasarkan satu pihak saja. Orangtua sebagai pengajar di rumah, guru sebagai pengajar di sekolah dan lingkungan sekitar tempat tinggal juga harus mempunyai sinergitas yang sama.

    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun