Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Kali Sepak, Tamara, Penggalan Sejarah Kekejaman Penjajah

9 Agustus 2016   23:29 Diperbarui: 9 Agustus 2016   23:56 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TAMARA atau kepanjangan Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi sejak dahulu kala memang gudangnya para jawara, pejuang yang pilih tanding. Bebepa kampung seperti Gabus dan sekitarnya, sejak zaman penyerbuan Sultan Agung ke Batavia menjadi basis pasukan Mataram yang menyatu dengan warga sekitar. Begitu juga saat masa pergolakan daerah ini menjadi‘laga’para pengikut Laskar Hisbullah pimpinan KH. Noer Alie mengusir tentara Belanda.    

Kali Sepak salah satu bukti sejarah pergolakan perlawanan para jawara dari kawasan utara Bekasi. Kali atau sungai alam selebar 4 meter ini menjadi saksi bisu kekejaman Belanda. Dari cerita turun temurun, Kali Sepak dahulunya hanya sungai kecil yang mengalir di pinggiran Kampung Gabus.

Pasukan Belanda yang bermarkas di depan Pasar Tambun, Gedung Joang (nama saat ini) terus mengejar para pejuang hingga ke daerah Kampung Gabus. Upaya Belanda dengan persenjataan modern tidak mudah karena dihadap para jawara dan pejuang yang sebagian besar dari Laskar Hisbullah dengan senjata seadanya.

Pertempuran sengit terjadi hingga korban jiwa berguguran dari pihak republik. Sedangkan pihak Belanda kehilangan lebih banyak pasukan karena heroiknya para jawara dalam beradu taktik dalam pertarungan jarak dekat. Mayat – mayat tentara Belanda bergelimpangan sepanjang jalan ke arah Gabus di tanggul kali.

Belanda harus mendur karena perlawanan yang tak kenal menyerah dan pasukan Belanda tidak bisa masuk kampung disebabkan taktik bumi hangus. Sasak Papan yang tentunya terbuat dari papan (saat itu) di Desa Srimahi, samping Islamic Center (sekarang) dibakar para pejuang dengan tujuan Belanda tidak bisa masuk.

Mayat-mayat tentara Belanda saat mundur belum sempat dievakuasi dan ditinggalkan begitu saja. Pasukan republik yang sudah kesal meluapkan kegeraman dengan menyepak (sepak-tendang)    puluhan mayat ke kali. Dan kisah heroik itu menjadikan tempat ini atau sungai tersebut dengan sebutan Kali Sepak hingga kini.

Dipelopori tokoh Gabus Drahim Sada, dibangunlah 9 buah bambu runcing persis di pembatas jembatan Kali Sepak sebagai peringatan atau mengenang pertempuran herok para pejuang yang gugur di tanah Gabus. MERDEKA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun