Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Konsep Smart City Kota Bekasi Bukan Mimpi

18 Februari 2016   18:32 Diperbarui: 18 Februari 2016   18:51 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lain lagi terkait wajah tata kota yang hingga kini belum mencerminkan kota metropolitan sedang. Estetika, landmark, ciri khas perkotaan belum juga terlihat. Begitu juga pendistrian, taman –taman perkotaan, ruang terbuka hijau (RTH) dan fasilitas pendukungnya.

Ada beberapa faktor yang tidak sebanding lurus yang dirasakan masyarakat menjadi kendala untuk menuju kota Smart City yaitu; 1. Maraknya investasi belum tentu menyerap tenaga kerja lokal (program 50 ribu lapangan kerja). 2. Menjamurnya mal dan apartermen, condominium, tidak berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat (Bekasi Maju-Sejahtera). 3. Dampak tata kota yang pro kapitalis tidak dibarengi penataan kota yang pro lingkungan akan menunggu dampak banjir. 4. Pemasukan PAD dari perijinan mal-apartemen tidak sebanding dengan dana penanggulangan banjir dan proyek banjir. 5. Budaya Bekasi yang merupakan kearifan lokal, akan tergerus sikap komsumeristis dengan menjamurnya mal dan apartemen.

Perlu gebrakan progesif yang berani menjawab semua keraguan-raguan dengan mensosialisasikan secara masif, membuat city branding, merealisasikan landmark identitas Kota Bekasi, mendorong infrastruktru sebagai penunjang kota jasa dan perdagangan, membangun ruang terbuka hijau-taman kota sebagai ciri nyaman tempat hunian, mempromosikan budaya-kesenian lokal ke tingkat nasional-internasional, dan membangun citra positif sebagai daerah yang nyaman, aman untuk menuju Bekasi Maju-Sejahtera dan Ihsan.

Konsep smart city atau kota pintar tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kota Bekasi yang sudah mempunyai planing smart city tinggal diwujudkan, karena planing bagian dari keberhasilan itu sendiri. Namun, kendala selalu datang karena tingkat kesinambungan program yang selalu tidak kosisten. Setiap dekade kepemimpinan selalu membuat program baru dan tidak meneruskan program sebelumnya meskipun program tersebut bagus serta cerdas. Tentu kota pintar juga harus berbanding lurus dengan konsensus pemikiran warga perkotaan yang pintar dan cerdas.

Dalam konsepnya, kota pintar/smart city (atau bisa disebut dengan smarter city) menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan, mengurangi biaya dan konsumsi sumber daya. Sektor kunci yang dicakup oleh kota pintar meliputi transportasi, energi, kesehatan, air bersih, dan manajemen limbah. Kota pintar harus dapat menjawab tantangan lokal dan global dengan lebih cepat.

Kota Bekasi sebagai kota komuter sedang pasti bermasalah akan polusi udara dan kemacetan sehingga perlu dipasang sensor elektronik dan analisis data untuk mengatasinya. Sebagai kota hunian padat penduduk dan pembangunan yang sangat pesat Kota Bekasi kurang ramah lingkungan sehingga perlu dibangun lebih banyak ruang terbuka hijau dan sarana lainnya. Identitas kota tidak sekedar pintar namun juga asri dan hijau, nyaman dan aman.

Melihat berbagai pendekatan kota untuk menuju kota pintar, rasanya tidak ada syarat pasti supaya sebuah kota bisa menjadi kota pintar. Sebagian memilih membangun pusat kontrol, sedangkan yang lain membangun jaringan fasilitas berteknologi tinggi. Intinya, sampai pada saat itu terjadi, hendaknya kita turut berkontribusi untuk mempercepat implementasi konsep ini di kota di mana kita tinggal. Dengan demikian, kota kita dapat makin baik dalam menjawab tantangan dalam memenuhi kebutuhan warganya.

[caption caption="ruangan kontrol Smart City Pemkot Bekasi"]

[/caption]

Tentunya semua harus diprogram selaras dengan partisipasi aktif warga kota, stakeholders pelaku pembangunan jangan asal-asalan membangun saja dan kesinambungan program secara berjenjang harus terus-menerus meski berganti pucuk pimpinan daerah. Sehingga perencanaan yang matang tidak bisa di-implementasikan karena ego saat pergantian pimpinan daerah. Bukan hasil yang didapatkan justru malah ‘gagal perencanaan’.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun