Mohon tunggu...
Budiyono Richwan
Budiyono Richwan Mohon Tunggu... -

ikhlas memberi yang terbaik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar dari Musibah Air Asia QZ-8501: Perlunya Informasi Pra-Penerbangan Terpadu

3 Januari 2015   15:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:54 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di penghujung tahun 2014 dunia penerbangan dikejutkan oleh musibah pesawat Air Asia QZ-8501 rute Bandar Udara Juanda / Surabaya menuju Bandara Changi / Singapura yang hilang kontak dan akhirnya diketemukan jatuh di perairan antara Tanjung Pandan dan Pangkalan Bun. Sambil menunggu hasil investigasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengenai penyebab kecelakaan,  ada fenomena dan fakta yang perlu dicermati yaitu bahwa cuaca di sebagian jalur yang telah sebutkan dalam rencana penerbangan tersebut diketahui dalam keadaan jelek / buruk.

Informasi Pra-penerbangan Terpadu.

Ada tiga elemen informasi yang wajib disediakan sebelum penerbang memulai penerbangan, yaitu;

1.Membuat rencana penerbangan yang menginformasikan detil dari penerbangan antara lain; perkiraan waktu berangkat dan waktu yang ditempuh, rute yang akan dilalui, ketinggian jelajah dan peralatan navigasi yang dibawa;

2.Mendapatkan informasi aeronautika dari bandar udara keberangkatan, sepanjang jalur penerbangan, bandar udara tujuan serta bandar udara yang akan dipakai sebagai alternativfpendaratan jika pesawat tidak dapat mendarat di bandar udara tujuan;

3.Mendapatkan informasi cuaca / meteorologi  dari bandar udara keberangkatan, sepanjang jalur penerbangan, bandar udara tujuan serta bandar udara yang akan dipakai sebagai alternatif pendaratan jika pesawat tidak dapat mendarat di bandar udara tujuan;

Seberapa penting informasi pra-penerbangan, jika salah satu dari tiga elemen diatas tidak terpenuhi, maka penerbang dapat menolak untuk menerbangkan pesawat.

Informasi aeronautika dapat berupa Notice to Airmen (NOTAM) yang berisi peringatan kepada penerbang akan adanya perubahan atau tidak berfungsinya pelayanan, prosedur dan fasilitas navigasi penerbangan yang dapat mengganggu keselamatan penerbangan, termasuk didalamnya peringatan akan adanya latihan udara oleh militer.

Informasi cuaca / meteorologi yang siknifikan seperti misalnya informasi akan adanya awan cumulonimbus, siklon tropis, wind shear dan lain-lainnya yang dapat membahayakan keselamatan penerbangan termasuk keberadaan debu vulkanik akibat letusan gunung berapi.

Informasi pra-penerbangan di Indonesia saat ini sudah dapat disediakan oleh semua bandar udara, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah cukup memadai kualitas dan aksesibilitas terkait dengan informasi meteorology penerbangan yang disediakan, demikian juga informasi aeronautika yang terkait dengan keselamatan operasi penerbangan yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, juga sudah dapat diakses via internet, namun masing-masing sistem tersebut masih berdiri sendiri sendiri dan belum terintegrasi.

Seperti yang dikatakan oleh Direktur Safety dan Standard AirNav Indonesia akan begitu pentingnya radar cuaca juga tersedia di pusat pemanduan lalu lintas udara, maka akan sangat berguna untuk mendukung keselamatan penerbangan jika  ketiga elemen informasi pra-penerbangan diatas dapat diintegrasikan sehingga dapat diakses oleh pengguna jasa penerbangan kapan saja dan dimana saja.

Sistem integrasi informasi pra-penerbangan (Integrated Pre-flight Information) sudah dipakai oleh EUROCONTROL sebuah lembaga pelayanan navigasi penerbangan di Eropa sejak tahun 2003, dimana bukan hanya penerbang saja yang mendapatkan ketiga elemen informasi diatas tetapi juga pemandu lalu lintas penerbangan (ATC) mendapatkan informasi yang sama. Jika informasi meteorologi penerbangan dan informasi aeronautika ini tersedia di setiap  pusat pemanduan lalulintas udara di Indonesia, maka kejadian kejadian insiden dan kecelakaan pesawat udara dapat dicegah, oleh karena ATC juga dapat melihat secara “real time” kondisi cuaca dan Notice To Airmen (NOTAM) yang dapat mengganggu dan membahayakan penerbangan, sehingga keputusan untuk memberikan instruksi kepada penerbang dapat lebih komprehensif.

AirNav Indonesia sebagai satu-satunya pengelola pelayanan navigasi penerbangan di Indonesia sudah waktunya untuk mengadopsi sistim informasi pra-penerbangan terpadu sehingga diharapkan dapat  lebih prima dalam melayani navigasi penerbangan untuk keselamatan penerbangan di Indonesia.

Tangerang, 3 Januari 2015

Budiyono Richwan

Pengamat Informasi Aeronautika

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun