Diluar segala bentuk kesenian yang dihadirkan, pengunjung banyak yang hadir karena tertarik dengan instalasi singa bersayap yang terbuat dari bahan-bahan limbah, dengan tinggi 4 meter dan lebar dua sayap 12 meter, sementara ukuran instalasi singa sekitar 2 meter persegi.
Patung singa duduk yang terlihat garang itu terbuat dari sabut kelapa yang dianyam menjadi bulu-bulu singa, sementara matanya terbuat tempurung kelapa hijau, dengan gigi-gigi yang disusun dari jagung kering.
Sayap singanya terbuat dari anyaman rumput alang-alang yang sudah dikeringkan, dengan tulang sayap utama dibuat dari pelepah daun kelapa yang sudah kering. Background latar dihiasi batang-batang pohon jagung kering dengan ditunjang pohon bambu pringgondani yang memiliki batang ruas kecil.
Dekorasi tak biasa itu digagas oleh Gusblero budayawan Wonosobo, dengan didukung tangan-tangan terampil para seniman desa dari desa Pandansari dan Binangun Mudal Mojotengah Wonosobo. Pengerjaan instalasi itu sendiri memakan waktu tak kurang dari tiga minggu, termasuk proses pengeringan, penganyaman, dan penyusunan bahan hingga menjadi bentuk instalasi seperti yang diinginkan.
"Konsep desainnya memang harus ramah lingkungan. Tak boleh ada selembar plastik pun. Dengan begitu semangat gotong royong bisa ditumbuhkan. Semuanya bergerak, mencari bahan dan mengerjakannya bersama-sama. Kreasi yang menghasilkan produk seni yang bukan hanya membawa kesan tetapi juga memberi pesan. Tontonan yang juga membawa tuntunan." kata Gusblero.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H