Kalaupun lafadz "miskin" diartikan "pas-pasan", misalnya begitu. Beranikah Anda memanjatkan doa dengan pemahaman makna seperti itu? "Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan pas-pasan, dan matikanlah aku dalam keadaan pas-pasan, dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang yang pas-pasan"?
"Allahumma ahyinii miskiinan, wa amitnii miskiinan, wahsyurnii fii jumratil masaakiin".
Saya menghabiskan banyak waktu untuk merenungkan doa ini, mengkaji kandungan di dalamnya. Pada akhirnya saya meyakini formulasi pemahaman yang bisa jadi butuh banyak penyempurnaan, namun satu hal pasti membuat saya tidak canggung lagi dalam pengamalan.
Menurut saya, lafadz "miskiinan"tidaklah akan bisa diganti dengan lafadz "dhaif" sekalipun, meskipun secara konotasi sama, namun makna harafiahnya berbeda. Lafadz "miskiinan"dalam doa tu adalah makna semantik, makna kata menurut maksud dari subyek itu sendiri. Dan inilah mengapa sebuah doa menjadi personal. Keseimbangan pemahaman yang hanya bisa dipahami oleh Obyek dan subyek itu sendiri. Wallahu 'Aliimun Khabir.
"Allahumma ahyinii miskiinan, wa amitnii miskiinan, wahsyurnii fii jumratil masaakiin", bagi saya berarti "Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan tidak memberati (diberati) apa-apa, dan matikanlah aku dalam keadaan tidak memberati (diberati) apa-apa, dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang yang tidak memberati (diberati) apa-apa."
Hidup tidak memberati (diberati) apa-apa, menjalani hidup sebagai sebentuk amanah dengan menyerahkan hasil sepenuhnya pada Kehendak Allah. Mati dalam keadaan tidak memberati (diberati) apa-apa, hilangnya keresahan atas apa yang telah dicapai sepanjang menjalankan amanahnya hidup.
Dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang yang tidak memberati (diberati) apa-apa. Tidak diberati perasaan bersalah yang itu maknanya dosa di hadapan Allah. Juga tidak memberati amalan yang kita pikir akan jadi sebentuk pahala yang akan menyelamatkan diyaumill akhir.Â
Karena, berapapun pahala dari amalan bisa engkau kumpulkan, semuanya kembali pada Allah,fafirru ilallah,bergantung pada Kehendak Allah. Dalam mahligai amal serupa apapun engkau akan tetap miskin di hadapan Allah.
Shallu 'ala Muhammad.
Â
Wonosobo, 4 Maret 2018