Mohon tunggu...
Gusblero Free
Gusblero Free Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Freelance

Ketika semua informasi tak beda Fiksi, hanya Kita menjadi Kisah Nyata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Doa Ini Akan Menguji Iman Anda

4 Maret 2018   14:19 Diperbarui: 4 Maret 2018   15:25 1389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalaupun lafadz "miskin" diartikan "pas-pasan", misalnya begitu. Beranikah Anda memanjatkan doa dengan pemahaman makna seperti itu? "Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan pas-pasan, dan matikanlah aku dalam keadaan pas-pasan, dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang yang pas-pasan"?

"Allahumma ahyinii miskiinan, wa amitnii miskiinan, wahsyurnii fii jumratil masaakiin".

Saya menghabiskan banyak waktu untuk merenungkan doa ini, mengkaji kandungan di dalamnya. Pada akhirnya saya meyakini formulasi pemahaman yang bisa jadi butuh banyak penyempurnaan, namun satu hal pasti membuat saya tidak canggung lagi dalam pengamalan.

Menurut saya, lafadz "miskiinan"tidaklah akan bisa diganti dengan lafadz "dhaif" sekalipun, meskipun secara konotasi sama, namun makna harafiahnya berbeda. Lafadz "miskiinan"dalam doa tu adalah makna semantik, makna kata menurut maksud dari subyek itu sendiri. Dan inilah mengapa sebuah doa menjadi personal. Keseimbangan pemahaman yang hanya bisa dipahami oleh Obyek dan subyek itu sendiri. Wallahu 'Aliimun Khabir.

"Allahumma ahyinii miskiinan, wa amitnii miskiinan, wahsyurnii fii jumratil masaakiin", bagi saya berarti "Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan tidak memberati (diberati) apa-apa, dan matikanlah aku dalam keadaan tidak memberati (diberati) apa-apa, dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang yang tidak memberati (diberati) apa-apa."

Hidup tidak memberati (diberati) apa-apa, menjalani hidup sebagai sebentuk amanah dengan menyerahkan hasil sepenuhnya pada Kehendak Allah. Mati dalam keadaan tidak memberati (diberati) apa-apa, hilangnya keresahan atas apa yang telah dicapai sepanjang menjalankan amanahnya hidup.

Dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang yang tidak memberati (diberati) apa-apa. Tidak diberati perasaan bersalah yang itu maknanya dosa di hadapan Allah. Juga tidak memberati amalan yang kita pikir akan jadi sebentuk pahala yang akan menyelamatkan diyaumill akhir. 

Karena, berapapun pahala dari amalan bisa engkau kumpulkan, semuanya kembali pada Allah,fafirru ilallah,bergantung pada Kehendak Allah. Dalam mahligai amal serupa apapun engkau akan tetap miskin di hadapan Allah.

Shallu 'ala Muhammad.

 

Wonosobo, 4 Maret 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun