Mohon tunggu...
Gusblero Free
Gusblero Free Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Freelance

Ketika semua informasi tak beda Fiksi, hanya Kita menjadi Kisah Nyata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Istri Rasul Meninggal Dunia

1 Juli 2016   23:18 Diperbarui: 20 Juli 2016   02:10 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

30 Juni 2016 lalu ketika ibu nyai Siti Fatimah, istri Gus Mus, meninggal dunia, maka itu juga menjadi kesedihan umat Islam Indonesia. Ribuan netizen dan ucapan bela sungkawa mendalam yang terus mengalir melalui medsos barangkali bisa sedikit memberikan gambaran, walau sudah pasti apa yang disebut kehilangan itu secara subyektif, sepenuhnya pasti tak tergantikan.

Gus Mus adalah tokoh bangsa. Meski belum pernah sekalipun saya bertemu dengannya, karya-karya dan segala sumbangsih yang sudah ia lakukan untuk Indonesia dan kemanusiaan secara umum menempatkan beliau sebagai salah satu idola saya.

Psikologi ini yang kemudian membuat saya juga ikut merasakan kehilangan ibu nyai Fatma Mustofa. Tak cukup al Fatihah, dengan semisal apapun kebaikan yang bisa dicatat sebagai kebaikan yang membuahkan pahala untuk saya, saya ingin menggunakan itu untuk mengamini apapun yang Gus Mus mohonkan untuk kebaikan almarhumah ibu nyai Fatma Mustofa saat ini.

Bi barokatin ummul kitab.....al Fatihah

Lalu tiba-tiba saya terbayang Rasulullah, bagaimana ketika kanjeng ibu saidatina Khadijah meninggal dunia?

Beliau, kanjeng ibu saidatina Khadijah, telah menyaksikan seluruh kejadian yang menimpa suaminya al-Amin ash-Shiddiq yang mana beliau senantiasa membersamai Rasulullah dalam kondisi apapun, dalam ujian dan beragam musibah dengan kesabaran. Semakin bertambah berat ujian semakin bertambahlah kesabaran dan kekuatannya. Beliau adalah orang yang dengan tegar tetap berdiri di samping kanjeng nabi, tatkala beliau bersumpah dengan sumpah yang belum pernah dikenal orang sebelumnya : “Demi Allah! seandainya mereka mampu meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan dakwah ini, maka sekali-kali aku tidak akan meninggalkannya hingga Allah memenangkannya atau aku yang binasa karenannya”.

Begitulah kanjeng ibu saidatina Khadijah telah mengambil suaminya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai contoh yang paling agung dan tanda yang paling nyata tentang keteguhan diatas iman.

Shollu ala Muhammad...

Diusia 65 tahun, tiga tahun sebelum hijrah, kanjeng ibu saidatina Khadijah meninggal. Itu adalah ‘Aamul Huzni (tahun kesedihan) dalam kehidupan Rasulullah, setelah sebelumnya paman Abu Thalib yang dikasihinya juga meninggal.

Didalam melalui saat-saat sakarat ditemani suami tercinta, Rasulullah SAW. Dalam keadaan kesakitan yang amat itu, dia mengungkapkan kata-kata yang menyebabkan Jibril juga teruja. Katanya, ”Wahai rasul utusan Allah, tiada lagi harta dan hal lainnya yang bersamaku untuk aku sumbangkan demi dakwah. Andai selepas kematianku, tulang-tulangku mampu ditukar dengan dinar dan dirham, maka gunakanlah tulang-tulangku demi kepentingan dakwah yang panjang ini”.

Rasulullah SAW berasa sayu mendengar semua itu. Jibril naik menghadap Allah, lalu menyampaikan, adakah Allah mendengar kata-kata saidatina Khadijah itu? Allah menjawab, bukan hanya kata-katanya saja, bahkan bisikannya juga. Kemudian Allah meminta Jibril menyampaikan salam buat saidatina Khadijah.


 Jibril turun dan memberitahu Rasulullah SAW akan hal itu. Rasulullah SAW menyampaikan salam tersebut kepada isteri tercinta. Dalam sesetengah riwayat disampaikan tangan Saidatina Khadijah seakan bersilang di dada begitu gembiranya saat menyambut salam itu, hingga kanjeng ibu saidatina Khadijah melafazkan bacaan yang begitu masyhur hingga saat ini :

Allaahum ma antas salaam - waminkas salaam
 Wa ilaika ya 'uudus salaam
 Fahayyina rabbanaa bis salaam
 Wa adkhilnal jan nataka daaras salaam
 Tabaa rakta rabbanaa wa ta 'aalaita yaa dzal jalaali wal ikraam.

 Ya Allah, Engkaulah kesejahteraan, dari Engkaulah asal kesejahteraan dan kepadaMu
 pula kembali kesejahteraan, maka hidupkanlah aku dengan kesejahteraan dan
 masukkanlah aku kedalam surga kampung kesejahteraan. Maha Mulia Engkau
 Ya Allah Yang Maha Memiliki Kemegahan dan Kemuliaan.

Kita, tentu tidak bisa menyamakan kanjeng ibu saidatina Khadijah dengan ibu nyai Fatma Mustofa. Tetapi, sudah pasti bu nyai Fatma Mustofa adalah juga saidatina Khadijah bagi Gus Mus. Yang menemani Gus Mus selama ini, hingga apa pun yang dikenali Gus Mus sudah pasti juga dikenali ibu nyai, hingga apa pun yang dirasakan Gus Mus sudah pasti pula apa yang dirasakan ibu nyai.

Seribu ketawakalan barangkali akan bisa memberikan kekuatan. Walau sudah pasti tak akan pernah sama, utamanya bagi seseorang yang telah melihat firasat serupa ini. Semuanya berawal dari cinta, hingga seorang pecinta akan mengetahui apa yang sejatinya akan menimpa yang dicintai.

AKU MELIHATMU

aku melihatmu
tersenyum bersama embun pagi
aku melihatmu
bernyanyi bersama burung-burung
aku melihatmu
bergerak bersama mentari bersama angin dan mega-mega
aku melihatmu
terbang bersama sekumpulan burung gereja
aku melihatmu
berenang bersama ikan-ikan dan lumba-lumba

aku melihatmu
meratap bersama mereka yang kelaparan
aku melihatmu
merintih bersama mereka yang kehausan
aku melihatmu
mengaduh bersama mereka yang kesakitan

aku melihatmu
berdendang bersama ibu yang meninabobokkan anaknya
aku melihatmu
melangkah bersama hamba yang berjuang menggapai citanya

aku melihatmu dalam gelap
aku melihatmu dalam terang
aku melihatmu dalam ramai
aku melihatmu dalam senyap

aku melihatmu
kau melihatku.

Ramadan 1437

Gus Mus

"Innã liLl?hi wainnã ilaiHi rãji'ün...Telah wafat hari ini, Kamis 30 Juni 2016 jam 14:30 yang kami cintai Ibu *Fatmah Mustofa* di RSU Rembang. Mohon segala kesalahan almarhumah dimaafkan dan mohon doa semoga amal-amal baiknya diterima dan dosa-dosanya diampuni oleh Allah. Al-Fãtihah," tulis Gus Mus.

Allah menyampaikan : “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (QS. Al-Baqarah: 155) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. (QS. Al-Baqarah: 156) Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah: 157)

Sekali lagi, dengan semisal apapun kebaikan yang bisa dicatat sebagai kebaikan yang membuahkan pahala untuk saya, saya ingin menggunakan itu untuk mengamini apapun yang Gus Mus mohonkan untuk kebaikan almarhumah ibu nyai Fatma Mustofa saat ini.

Bismillah....bi barokatin ummul kitab.....al Fatihah

Wonosobo, 1 Juli 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun